Jurnalis yang Pertama Kali Laporkan Kematian Mahsa Amini Ditangkap
- AP Photo/Francisco Seco
VIVA Dunia – Niloofar Hamedi telah lama tertarik dan prihatin atas pengaruh polisi moralitas
dalam masyarakat Iran dan peran yang mereka mainkan dalam menegakkan undang-undang wajib jilbab di negara itu.
Pada Jumat, 16 September 2022, reporter yang bekerja untuk surat kabar harian reformis Shargh, berhasil mendapatkan akses ke rumah sakit Kasra di Teheran di mana seorang Mahsa Amini, dirawat setelah dia ditahan oleh polisi moral karena mengenakan jilbabnya yang dianggap menyalahi aturan berpakaian di Republik Islam itu.
Pada hari Jumat yang sama, Hamedi mencuitkan foto orangtua Amini yang menangis di rumah sakit.
Gambaran itu dengan cepat menyebar seiring dengan laporan Hamedi tentang kematian Amini, yang akhirnya meningkat menjadi protes nasional yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 83 orang, menurut kelompok hak asasi manusia.
Menurut salah satu rekannya di Shargh, yang berbicara kepada Middle East Eye dengan syarat anonim, dampak pelaporan yang dipublikasi oleh Hamedi sangat besar.
"Dia selalu menjadi jurnalis pemberani, dan laporannya yang berani membuat masyarakat sadar," kata Sima, rekan Hamedi, dikutip pada Jumat, 30 September 2022.
Rekan lain di surat kabar itu, Ashrafi, mengatakan, "Jika bukan karena keberaniannya, insiden tragis yang menimpa Mahsa Amini tidak akan dilaporkan ke media secepat ini."
"Pagi ini, petugas keamanan menggerebek rumah klien saya Niloofar Hamedi, jurnalis surat kabar Shargh, mereka menangkapnya, menggeledah rumahnya dan menyita barang-barangnya," tulis pengacaranya Mohammad Ali Kamfirouzi di Twitter.
Pada saat yang sama, akun Twitter-nya, tempat dia mengunggah foto dari orang tua Amini, ditangguhkan tanpa penjelasan.
Menurut Kamfirouzi, Hamedi ditahan di sel isolasi di penjara Evin Teheran, tempat dia diinterogasi. Dia juga belum diberitahu tentang tuduhan lain terhadapnya.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengatakan bahwa setidaknya 19 jurnalis lain juga telah ditangkap pada Senin, 25 September 2022.
Bagi rekan-rekan Hamedi, yang bekerja di sebuah surat kabar reformis yang selama ini menjadi duri bagi kaum konservatif yang berkuasa di Iran, kehidupan sebagai jurnalis telah menjadi kekhawatiran sehari-hari.
"Jurnalisme di Iran bukanlah pekerjaan. Ini adalah potensi kejahatan dari sudut pandang institusi keamanan," kata Sima.
"Akibatnya, saat saya berbicara dengan anda sekarang, saya khawatir percakapan ini akan terdengar."
Ashraf setuju, "Ketika anda melihat setiap hari bahwa salah satu rekan anda telah ditangkap, apakah wajar untuk khawatir dan berpikir bahwa saya mungkin yang berikutnya?" ujarnya.