Tentara Cadangan Rusia Diutus ke Medan Tempur Hanya Latihan 2 Hari
- AP Photo/Seiran Baroyan
VIVA Dunia – Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa para pria Rusia yang direkrut untuk berperang di Ukraina dipaksa ke garis depan tanpa persiapan.
Perviy Otdel mengatakan melalui Telegram, pada Rabu, 28 September 2022 bahwa pihak berwenang Rusia secara ilegal membawa militernya ke zona perang di Ukraina tanpa latihan atau pemeriksaan medis.
Laporan tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian dugaan kekacauan dari perintah Presiden Rusia Vladimir Putin, pekan lalu untuk mulai memanggil pasukan cadangan dalam upaya menopang invasinya ke Ukraina.
Menurut unggahan Perviy Otdel, Rusia telah mulai menerapkan wajib militer secara paksa bagi laki-laki. Mereka juga dipaksa untuk menulis laporan yang menyatakan bahwa mereka siap untuk berperang dalam operasi militer khusus Rusia, meskipun hanya menerima pelatihan militer singkat selama dua hari.
Kelompok hak asasi manusia itu juga mengatakan telah menerima informasi bahwa pasukan Rusia yang dimobilisasi belum diberikan dukungan keuangan yang dijanjikan.
Seorang warga Rusia yang baru-baru ini dimobilisasi mengatakan dalam sebuah video yang diunggah ke Telegram oleh Perviy Otdel bahwa tentara baru telah dikirim langsung ke Kherson, sebuah wilayah yang menjadi target serangan balasan Ukraina, tanpa pelatihan apa pun.
"Kami secara resmi diberitahu bahwa tidak akan ada pelatihan sebelum kami dikirim ke zona perang," kata tentara Rusia yang dimobilisasi, dikutip dari Newsweek, Kamis, 29 September 2022.
Setelah Putin mengeluarkan dekritnya yang memobilisasi 300.000 tentara cadangan, orang-orang Rusia bergegas meninggalkan negara itu. Yang lainnya telah memprotes dengan lebih dari 140.000 menandatangani petisi menentang perintah tersebut.
Laporan juga muncul bahwa orang Rusia berusia 60 tahunan tetap harus menjalankan wajib militer. Sementara yang lain diberi senjata berkarat atau menghadapi hukuman dari pemerintah Moskow jika mengeluh.