Presiden Iran Respons Kematian Mahsa Amini Setelah Demo 80 Kota Pecah

Presiden terpilih Iran, Ebrahim Raisi.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Dunia – Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Rabu, 28 September 2022 akhirnya angkat bicara terkait protes yang menyebar di seluruh negeri terkait tewasnya wanita muda Mahsa Amini. Raisi menyampaikan bahwa kematian Amini dalam tahanan telah membawa kesedihan bagi semua orang di Republik Islam. Namun dia memperingatkan bahwa kekacauan yang disebabkan oleh protes tidak akan diterima, di tengah penyebaran protes kekerasan atas kematian Amini.

AS Akan Mendukung Israel dan Pertahanannya jika Iran Balas Menyerang, Kata Juru Bicara Pentagon

Kematian Amini dua minggu lalu telah memicu protes antihijab hingga antipemerintah di seluruh Iran. Pengunjuk rasa menuntut agar berakhirnya kekuasaan ulama Islam selama lebih dari empat dekade.

"Kami semua sedih dengan insiden tragis ini. Namun kekacauan tidak dapat diterima," kata Raisi dalam sebuah wawancara dengan TV pemerintah dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 29 September 2022.

Mengintip Tren Modest Wear di Tahun 2025, Feminin Hingga Suistainable Bakal Happening

Warga Iran di Jerman rotes atas kematian tragis Mahsa Amini

Photo :
  • AP Photo/Michael Sohn

"Garis merah pemerintah adalah keamanan rakyat kita. Kita tidak bisa membiarkan orang lain mengganggu kedamaian masyarakat melalui kerusuhan."

Presiden Iran Janji Akan Lebih Lunak Jika Israel Setujui Gencatan Senjata

Meskipun jumlah korban tewas meningkat dan tindakan keras oleh pasukan keamanan menggunakan gas air mata, pentungan bahkan peluru tajam dalam beberapa kasus, video yang beredar di media sosial (medsos) menunjukkan warga Iran bertahan. Mereka dalam protes meneriakkan "Matilah diktator".

Namun runtuhnya Republik Islam Iran kini berespons karena para pemimpinnya bertekad untuk tidak menunjukkan kelemahan yang mereka yakini menutup nasib Shah yang didukung Amerika Serikat (AS) pada 1979.

Pemakaman Hadis Najafi di Iran

Photo :
  • Instagram via Observer France 24

Demonstrasi kemarahan telah menyebar ke lebih dari 80 kota di seluruh negeri sejak kematian Amini yang berusia 22 tahun pada 13 September 2022 lalu. Insiden itu terjadi setelah dia ditangkap karena dianggap melanggar aturan berpakaian di negara itu.

Amini, yang berasal dari Kota Saqez, Kurdi di barat laut meninggal di rumah sakit setelah mengalami koma. Hal ini lantas memicu gelombang unjuk rasa pertama di jalan-jalan Iran sejak pihak berwenang menghancurkan protes terhadap kenaikan harga bensin pada 2019 silam.

Raisi, yang telah memerintahkan penyelidikan atas kematian Amini mengatakan forensik akan memberikan laporan kematiannya dalam beberapa hari mendatang.

Vladimir Putin, Ayatollah Ali Khamenei (tengah)-Presiden Ebrahim Raisi (kanan)

Photo :

Meskipun Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei belum mengomentari protes tersebut, sebuah badan pengawas garis keras meminta pengadilan bekerja. Badan itu meminta pengadilan mengadili secara tegas para pelaku utama dan mereka yang bertanggung jawab untuk membunuh dan melukai orang-orang yang tidak bersalah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya