Rusia Lakukan Referendum Paksa di Ukraina, di Bawah Senjata
- AP Photo/Leo Correa
VIVA Dunia – Empat wilayah Ukraina yang diduduki Rusia telah memberi suara yang sangat besar untuk bergabung dengan Federasi Rusia, menurut media pemerintah Rusia. Namun Ukraina dan mitra internasionalnya telah menolak referendum yang sangat kontroversial sebagai penipuan dan pelanggaran serta manipulasi terhadap hukum internasional.
Pemungutan suara referendum yang dijalankan Rusia berlangsung selama lima hari terhitung sejak 23 September hingga 27 September 2022 di tengah kemarahan internasional.
Referendum secara luas dipandang sebagai langkah awal Kremlin menuju pencaplokan resmi wilayah tersebut oleh Rusia, meskipun jadwal pastinya masih belum jelas.
Hasil yang dilaporkan pada Selasa, 27 September 2022 oleh media pemerintah Rusia diduga menunjukkan lebih dari 98 persen memilih mendukung tindakan di Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk yang memproklamirkan diri. Sementara 93 persen di wilayah Zaporizhzhia dan 87 persen di wilayah Kherson juga melakukan hal yang sama.
Melansir dari NPR, Rabu, 28 September 2022, empat wilayah ini adalah zona perang aktif yang banyak penduduknya telah mengungsi dengan laporan pertempuran dan ledakan setiap hari.
Pejabat lokal Ukraina melaporkan banyak insiden pemaksaan pemilih dalam lima hari pemungutan suara, dengan foto dan video bermunculan di media sosial yang menunjukkan proses yang tidak bebas dan tidak adil.
Satu video yang dibagikan secara luas di aplikasi Telegram dan Twitter menunjukkan rekaman keamanan dari sebuah gedung apartemen di daerah tersebut. Di mana terlihat dua tentara bersenjata mengawal pejabat yang membawa kotak suara melalui tangga.
Video lain menunjukkan warga di tempat pemungutan suara mengisi surat suara dengan pejabat Rusia memantau di seberang meja.
Sebagian besar pemungutan suara dilakukan oleh petugas pemungutan suara di bawah penjagaan bersenjata. Mereka membawa kertas suara dari pintu ke pintu karena prosesnya sangat terburu-buru sehingga tidak ada waktu untuk menyiapkan infrastruktur pemungutan suara yang lebih kompleks, menurut kantor berita negara Rusia TASS.
Pejabat setempat hanya membuka TPS untuk umum pada hari terakhir pemungutan suara. Rusia dan proksinya juga mengorganisir pemungutan suara untuk warga Ukraina yang melarikan diri ke Rusia dari wilayah di tengah konflik.
Komisi Pemilihan Pusat Rusia sendiri ditugaskan untuk memantau pemungutan suara dan negara tersebut mengklaim memiliki pengamat internasional.