Warga Asia Lebih Optimistis Tentang Masa Depan Pribadi dan Negara
- ANTARA/M. Irfan Ilmie
VIVA Dunia – Warga di negara-negara berkembang di Asia termasuk China, India, dan Arab Saudi jauh lebih optimistis, menurut sebuah survei terbaru. Hal ini berbanding terbaik dengan penduduk di negara-negara berpenghasilan tinggi dan negara-negara Afrika memiliki pandangan negatif tentang masa depan pribadi dan negara mereka,
Survei global tersebut dilakukan oleh Future Investment Initiative (FII) Institute terhadap 130.000 warga dari 13 negara, dalam kerja sama dengan pemimpin riset pasar Ipsos. Survei itu juga mengungkap bahwa prioritas utama bagi sebagian besar orang adalah meningkatnya biaya hidup.
Persentase peserta survei yang menyatakan hal tersebut lebih banyak dibandingkan mereka yang mengkhawatirkan kemiskinan dan kesenjangan sosial (peringkat ke-2), pengangguran (peringkat ke-3), pemanasan global (peringkat ke-7) atau COVID-19 (peringkat ke-8).
Survei yang diungkap dalam acara PRIORITY Summit FII Institute di New York City mempertemukan sejumlah pembicara terkemuka dari seluruh dunia untuk membahas isu-isu mendesak, dan menemukan solusi guna membantu para pemimpin dunia menangani prioritas warganya.
"Ini merupakan survei penting yang seharusnya menjadi peringatan serius bagi pemerintah di seluruh dunia. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa warga di lokasi mana pun sangat khawatir dengan meningkatnya biaya hidup. Kami memberi mereka peta untuk mengatasi masalah-masalah ini," kata Richard Attias, CEO FII Institute.
"Misi kami di FII Institute adalah untuk mengidentifikasi berbagai tantangan global yang dihadapi umat manusia, dan untuk menemukan solusi praktis guna membantu para pemimpin, dan pengambil keputusan dalam mengatasinya. Itulah sebabnya kami menggelar PRIORITY Summit utama di New York pada pekan yang sama dengan penyelenggaraan pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)," ujar Attias dalam rilis pers.
FII Institute akan menggelar acara unggulannya, Future Investment Initiative, di Riyadh pada 25-27 Oktober mendatang. Lebih dari 300 pembicara dan 5.000 delegasi diperkirakan akan berpartisipasi dalam acara tersebut. (Ant/Antara)