PM Hungaria Ternyata 'Kuda Troya' Putin Bikin Uni Eropa Berang
- AP Photo/Darko Vojinovic
VIVA Dunia – Uni Eropa (UE) mempertimbangkan memotong bahkan menghentikan dana bantuan yang selama ini diberikan kepada negara Hungaria menyusul tuduhan bahwa Hungaria selama ini adalah sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin. Uni Eropa menyebut Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban adalah sekutu Putin yang selalu mendukung pemimpin Rusia itu.
Uni Eropa juga menilai selama ini rezim Orban telah membuat negara di tenggara Eropa itu menurun penerapan nilai demokrasinya dan bertingkah otokrasi. Orban diidentifikasi sebagai sekutu terakhir Putin di wilayah Uni Eropa itu.
Orban juga dituduh melakukan praktik korupsi termasuk tak menggunakan dana bantuan berkala jutaan Euro dari Uni Eropa dengan transparan. Anggota Parlemen Uni Eropa menilai bahwa memang rekam jejaknya menunjukkan bahwa Orban bukan pendukung demokrasi. Oleh karena dana bantuan dari Uni Eropa senilai US$ 1,2 triliun akan disetop.
Aturan baru pengetatan dana bantuan Uni Eropa memang dilakukan pada 2020 termasuk untuk memastikan dana yang disalurkan tidak disalahgunakan. Barat juga kecewa dengan PM Orban yang dianggap terus melawan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia karena memerangi Ukraina.
Orban karena itu dianggap sebagai “kuda troya” Putin di Uni Eropa. PM itu juga disorot karena kebijakannya yang membenci imigran dan tak ramah pada LGBTQ. Selama 12 tahun memimpin Hungaria, Orban juga dilaporkan mengambil alih dan mengendalikan banyak media di negaranya. Kemudian memecat secara ilegal ratusan hakim dengan sistem pensiun dini pun mengubah aturan pemilihan di pemilu.
Sementara ekonomi Hungaria disebut sangat bergantung kepada bantuan dana Uni Eropa. Namun Hungaria juga amat tergantung dengan pasokan sumber energi dari Rusia. Hal ini yang menyebabkan Orban menolak sanksi kepada Rusia.
Merespons rencana sanksi Uni Eropa itu, partai pendukung Orban yakni Partai Fidesz menilai bahwa Uni Eropa mendiskreditkan Orban tanpa alasan yang kuat, dilansir dari lama Fortune.
"Sungguh aneh bahkan saat krisis energi saat ini, sayap kiri Uni Eropa yang merupakan mayoritas masih sibuk saja menyerang Hungaria," kata Partai Fidesz dalam pernyataannya.