Mengingat Kembali Janji Taliban soal Hak Perempuan
- AP Photo/Ebrahim Noroozi.
VIVA Dunia – Seorang pejabat Taliban mengatakan bahwa Islam memberikan perempuan hak atas pendidikan, pekerjaan, dan kewirausahaan, dan menegaskan kembali bahwa kelompok tersebut bekerja untuk menciptakan apa yang disebut “lingkungan aman” untuk anak perempuan dan perempuan di sekolah menengah dan tempat kerja.
“Saya harus mengatakan bahwa Islam telah memberikan perempuan hak untuk pendidikan, Islam telah memberikan perempuan hak untuk bekerja, Islam telah memberikan perempuan hak untuk berwirausaha,” kata juru bicara Taliban, Sadeq Akif Muhajir, kepada Al Jazeera.
Komentar Muhajir muncul lebih dari setahun setelah kelompok bersenjata itu mengambil alih negara dan memberlakukan beberapa pembatasan pada kebebasan perempuan, termasuk larangan pendidikan menengah untuk anak perempuan.
Sejak kembali berkuasa, Taliban telah menutup sekolah menengah perempuan di seluruh negeri, memerintahkan perempuan untuk mengenakan jilbab di tempat kerja dan menutupi wajah mereka di depan umum, dan telah melarang perempuan bepergian jarak jauh tanpa laki-laki saudara dekat.
Pembatasan kebebasan dan gerakan mengingatkan pada saat terakhir Taliban berkuasa pada 1990-an, ketika kelompok itu menolak hak anak perempuan dan perempuan untuk pendidikan dan melarang mereka mucul dan berpartisipasi di kehidupan publik.
Kelompok bersenjata itu telah menjanjikan hak-hak perempuan dan kebebasan media setelah kembali berkuasa pada 15 Agustus 2021. Namun sejak itu, mereka tidak menepati janjinya.
Taliban telah membela keputusannya, dengan mengatakan pembatasan seperti itu telah dilakukan untuk menjaga “kepentingan nasional” dan “kehormatan” perempuan.
Muhajir mengatakan saat ini banyak perempuan yang bekerja di berbagai kementerian, termasuk orang-orang dari pemerintahan sebelumnya.
Tetapi sebuah studi oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun ini menemukan bahwa tingkat pekerjaan perempuan Afghanistan turun sekitar 16 persen dalam beberapa bulan, setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban. Sebaliknya, pekerjaan laki-laki turun 6 persen.
Wanita Afghanistan yang bekerja sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sementara Taliban tidak secara langsung memecat pegawai pemerintah wanita, tetapi telah membatasi wanita untuk memasuki tempat kerja dan mengurangi gaji mereka.
Kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan telah memperburuk kesengsaraan ekonomi Afghanistan. Negara ini telah terhuyung-huyung dari krisis kemanusiaan dengan lebih dari setengah populasi menghadapi kelaparan.
Sanksi yang dijatuhkan Barat dan pembekuan aset bank sentral Afghanistan oleh AS sebagian besar telah membuat pada keruntuhan ekonomi negara ini.
Taliban telah dikritik karena memberlakukan pembatasan pada perempuan alih-alih berfokus pada menyelamatkan Afghanistan dari kehancuran ekonomi.
Isolasi diplomatik pemerintah yang dipimpin oleh Taliban semakin memperburuk situasi, dengan negara-negara Barat menekan kelompok itu untuk mengizinkan lebih banyak kebebasan bagi perempuan sebagai syarat untuk terlibat.