Diplomat 30 Negara Muslim Kunjungi Xinjiang Disambut Hangat China
- Xie Huanchi/Xinhua via AP
VIVA Dunia – Delegasi yang terdiri dari 32 utusan dan diplomat senior dari 30 negara mayoritas Muslim datang ke wilayah Xinjiang yang merupakan daerah tempat tinggal suku Uighur atas undangan Kementerian Luar Negeri China.
Kunjungan selama 5 hari itu disebutkan untuk meninjau kondisi Xinjiang yang mana etnis Uighur selama ini disebut ditekan oleh otoritas China. Pula untuk melihat perkembangan kehidupan sosial di wilayah itu sebagaimana dilansir laman Middle East Monitor, Rabu 10 Agustus 2022.
Para diplomat yang datang ke Xinjiang antara lain dari Aljazair, Arab Saudi, Irak, Yaman, Pakistan dan lainnya. Mereka mengunjungi Ibu Kota Urumqi dan kemudian dijadwalkan ke Kashgar dan Aksu.
Juru bicara Kemlu China Hua Chunying mengatakan bahwa para delegasi mengunjungi masjid, sekolah Islam, museum, bangunan tua yang direvitalisasi, komunitas masyarakat hingga perusahaan teknologi dan proyek revitalisasi kota.
"Para delegasi menunjukkan respons bahwa mereka bisa melihat pemerintah China melakukan pendekatan yang baik dan membawa kemajuan bagi wilayah Xinjiang," kata Hua Chunying.
"Kami mengundang semua orang dari seluruh dunia bisa menyaksikan Xinjiang pada masa depan dan ikut menyaksikan keindahan, harmonisasi dan pembangunan di sana," lanjutnya.
CGTN media China mengutip Duta Besar Aljazair untuk China yang mengatakan," Buah-buah di sini rasanya enak dan segar sebagaimana juga kehidupan masyarakat di sini terlihat demikian."
Diketahui bahwa Amerika Serikat dan sekutunya menuding terjadinya tekanan bahkan genosida terhadap Uighur di Xinjing dengan menggunakan dalih melakukan pemberantasan terorisme dan separatisme. Pada tahun 2019, ada 22 negara Barat yang sepakat menyalahkan China atas tekanan terhadap Uighur yang mana hal itu dibawa ke Komisi Tinggi PBB. Namun 37 negara termasuk di dalamnya negara-negara Muslim meneken surat dukungan terhadap China dan menyatakan bahwa China telah membuktikan penghormatan atas HAM dan tuduhan bahwa China menahan hingga 2 juta Muslim Uighur tidak terbukti.