Asal Usul dan Keutamaan Hijir Ismail
- ANTARA FOTO/Ismar Patrizki
Dinamakan Hijr Ismail karena merupakan tempat yang dijadikan nabi Ibrahim AS untuk meletakkan anaknya Ismail dan kambingnya dengan dinaungi pohon ‘arak yang saat itu sangat dikenal di kota Mekah.
oleh: Nasrullah Jasam
VIVA – Hijir Ismail adalah bangunan tembok setengah lingkaran dengan ukuran tinggi 1,32 m dan tebal 1,5 m. asalnya merupakan pondasi yang dibangun oleh kaum Quraisy ketika bangunan Kabah akan direnovasi sesuai dengan pondasi yang digariskan oleh nabi Ibrahim.
Kaum Quraisy, saat itu terlepas dari kebiasaan mereka berdagang dengan cara–cara yang mengandung unsur ghoror (tipu daya), namun ketika mereka berencana merenovasi bangunan Kabah para tokoh Quraisy sepakat bahwa harta yang didonasikan untuk kepentingan renovasi kabah harus dipastikan diperoleh dari cara yang halal.
Oleh karenanya dana yang dikumpulkan tidak terlalu banyak dan tidak mencukupi untuk membangun Kabah sesuai dengan pondasi yang sudah digariskan oleh nabi Ibrahim, maka tersisalah bagian Hijir Ismail ini sebagai tanda bagian dari bangunan Kabah sehingga orang yang thawaf mengetahui batasan yang harus dilalui.
Sebagaimana di ketahui bahwa thawaf adalah mengelilingi Kabah dengan memposisikan Kabah berada disebelah kiri, jika orang yang thawaf masuk ke bagian dalam hijr Ismail artinya orang tersebut thawaf tidak mengelilingi Kabah otomatis thawafnya menjadi tidak sah.
Nabi Muhammad SAW. berkata kepada sayyidah Aisyah : "jika saja kaummu bukan baru masuk Islam, maka sungguh aku akan bangun Ka'bah sesuai dengan pondasi yang dicanangkan oleh nabi Ibrahim as. dan sungguh akan aku jadikan untuknya dua buah pintu, satu pintu untuk masuk dan satu pintu untuk keluar" (HR. Muslim).
Ketika Kabah terbakar pada saat Abdullah bin Zubair menguasai kota Mekah, Abdullah bin Zubair membangun kembali Kabah sesuai dengan pondasi yang di gariskan oleh nabi Ibrahim sebagaimana sabda nabi SAW di atas.
Namun setelah Abdullah bin Zubair meninggal dunia, Hajjaj bin Yusuf attsaqafi berkirim surat ke Abdul Malik bin Marwan mengenai apa yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Zubair ini dan khalifah Abdul Malik bin Marwan memerintahkan agar Ka’bah dikembalikan bentuknya sebagaima pada zaman nabi Muhammad SAW.
Pada masa dinasti Abbasiyah, khalifah al Mahdi berencana akan menggabungkan Hijr Ismail menjadi satu bangunan dengan Kabah sebagaimana pondasi yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim, namun rencana tersebut ditentang oleh Imam Malik dengan pertimbangan jangan sampai persoalan Hijr Ismail ini dipolitisasi oleh para penguasa.
Beliau berkata: “Aku tidak ingin para penguasa menjadikan hijr Ismail sebagai mainan, satu penguasa beralasan karena mengikuti pendapatnya Ibnu Zubair, penguasa lainnya beralasan mengikuti pendapatnya Abdul Malik bin Marwan, sementara penguasa lainnya lagi beralasan mengikuti pendapat yang lain”
Kenapa dinamakan Hijir Ismail?
Dinamakan Hijr Ismail karena merupakan tempat yang dijadikan nabi Ibrahim AS untuk meletakkan anaknya Ismail dan kambingnya dengan dinaungi pohon ‘arak yang saat itu sangat dikenal di kota Mekah.
Selain disebut hijr Ismail, ada beberapa sebutan lain yaitu:
- Al hijr dinamakan demikian karena merupakan batasan Kabah.
- Jidr yang secara harfiah memiliki arti dinding/tembok.
- Hafrah Ismail yang berarti lubang, di mana sebelum pondasi Ka’bah di angkat dan dibangun, bagian ini merupakan lubang.
- Hathem yang berarti reruntuhan/pecahan, dinamakan demikian karena ia merupakan bagian kabah yang terpisah.
Sebagian kalangan mengatakan Hijr tersebut dinamakan Hijr Ismail karena di dalamnya terdapat kuburnya nabi Ismail bahkan sebagian kalangannya mengatakan bukan hanya kubur nabi Ismail tapi kubur siti Hajar juga. Namun pendapat ini tidak memilik dasar yang kuat.
Keutamaan Hijr Ismail
Hijir Ismail adalah bagian dari Kabah, oleh karenanya sholat sunnah di dalam Hijir Ismail seperti sholat di dalam Kabah dan hukumnya mustahab. Diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Bilal bahwa pada tahun pembebasan kota Mekah, Rasulullah SAW masuk ke dalam Kabah dan sholat di dalamnya dua rakaat.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ketika Sayyidah Aisyah ingin masuk ke dalam Kabah dan sholat di dalamnya, maka kemudian Rasulullah SAW memegang tangannya dan mengajak masuk ke dalam Hijr Ismail beliau bersabda: "Sholatlah di dalam Hijir Ismail jika engkau ingin masuk ke dalam Kabah. Sesungguhnya ia merupakan bagian dari Kabah, sesungguhnya kaummu ketika membangun Kabah membatasi dan mengeluarkannya dari (bagian) Kabah” (HR. Abu Dawud, Turmudzi dan Nasa’i).
Bagian Kabah
Para ulama berpendapat, untuk lebih berhati hati sebaiknya tidak melaksanakan sholat fardhu di dalam hijr Isma’il, karena rasulullah SAW. belum pernah melakukannya, dan sebagian ahlul ‘ilmi mengatakan: tidak sah melaksanakan sholat fardhu di dalam Ka’bah dan di dalam Hijr Ismail. Karena Hijr Ismail merupakan bagian dari Kabah.
Oleh karena itu, jika ingin melaksanakan sholat fardhu sebaiknya dilaksanakan di luar Kabah dan Hijr Ismail mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan keluar dari khilaf para ulama yang berpendapat bahwa sholat fardhu tidak sah jika dilakukan di dalam Kabah dan Hijr Ismail.
Konsekwensi Hijr Ismail bagian dari Kabah, maka orang yang thawaf, tidak sah thawafnya jika ia masuk ke dalam hijr Isma’il dari pintu dekat rukun Syami dan keluar di pintu dekat rukun ‘Iraqi. Karena jika demikian maka ia thawaf di dalam Kabah. Sedangkan thawaf adalah mengelilingi Kabah. Orang yang thawaf harus berada di luar Kabah, sedangkan Hijr Ismail bagian dari Kabah.