Virus Langya Jangkiti Puluhan Orang di China, Diduga dari Tikus
- AP Photo/Andy Wong
VIVA Dunia – Para peneliti melacak virus yang baru di China diidentifikasi dengan belasan kasus yang tercatat sejauh ini.
Novel Langya henipavirus (LayV) atau virus Langya pertama kali terdeteksi di provinsi timur laut Shandong dan Henan pada akhir 2018 namun diidentifikasi secara resmi oleh para ilmuwan minggu lalu.
Melansir dari The Guardian, Rabu, 10 Agustus 2022, virus itu kemungkinan ditularkan dari hewan ke manusia kata para ilmuwan dan otoritas kesehatan Taiwan yang sekarang juga ikut memantau penyebarannya.
Para peneliti menguji hewan liar dan menemukan RNA virus LayV di lebih dari seperempat dari 262 tikus, sebuah temuan yang menunjukkan bahwa tikus tersebut mungkin merupakan reservoir alami. Virus Langya ini juga terdeteksi pada 2 persen kambing domestik dan 5 persen anjing.
Investigasi awal terhadap virus diuraikan dalam korespondensi yang diterbitkan oleh para ilmuwan dari China, Singapura dan Australia di New England Journal of Medicine (NEJM) minggu lalu.
Pada manusia, virus menyebabkan gejala termasuk demam, kelelahan, batuk, kehilangan nafsu makan dan nyeri otot. Semua orang yang terinfeksi mengalami demam, kata para ilmuwan.
Virus ini adalah satu-satunya patogen potensial yang ditemukan pada 26 dari 35 orang yang menunjukkan bahwa LayV adalah penyebab penyakit demam tersebut.
Namun tidak ada kematian akibat LayV hingga saat ini. Prof Wang Linfa dari Duke-NUS Medical School, rekan penulis makalah NEJM mengatakan kepada Global Times yang dikelola pemerintah bahwa kasus LayV sejauh ini tidak fatal atau sangat serius. Oleh karenanya virus ini tidak perlu membuat panik orang-orang
Masih belum jelas apakah virus tersebut dapat ditularkan antarmanusia, kata para peneliti. Sebagian besar dari 35 kasus terjadi pada petani dan individu lain yang terinfeksi termasuk pekerja pabrik.
“Pelacakan kontak dari sembilan pasien dengan 15 anggota keluarga kontak dekat mengungkapkan tidak ada penularan LayV kontak dekat tapi ukuran sampel kami terlalu kecil untuk menentukan status penularan dari manusia ke manusia,” ujar para peneliti NEJM
Para ilmuwan mengurutkan genom LayV dan menentukan itu adalah henipavirus, kategori virus RNA zoonosis yang juga mencakup virus Hendra dan virus Nipah.
Virus Hendra yang menyerang kuda dan manusia berasal dari Australia sementara virus Nipah yang menyebabkan wabah penyakit di Asia Tenggara, keduanya dikaitkan dengan tingkat kematian yang tinggi.
LayV paling dekat hubungannya dengan virus Mojiang yang ditemukan di China bagian selatan.
Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan (CDC) mengumumkan pada Minggu, 7 Agustus 2022 bahwa mereka akan menerapkan sekuensing genom dan langkah-langkah pengawasan untuk virus tersebut.
Wakil Direktur Jenderal CDC Taiwan Chuang Jen-hsiang mengatakan pada konferensi pers bahwa badan tersebut sedang meneliti rute penularan dan akan bekerja sama dengan Dewan Pertanian untuk menyelidiki penyakit serupa pada spesies asli Taiwan.
Para ahli penyakit menular telah lama memperingatkan bahwa krisis iklim dan perusakan alam akan meningkatkan risiko penularan virus dari hewan ke manusia, dalam peristiwa yang dikenal sebagai “zoonotic spillovers".