Sejarah Konflik China dan Taiwan Berawal dari Perebutan Ideologi
- ANTARA/Reuters/Dado Ruvic.
VIVA Dunia – Akhir-akhir ini ketegangan antara China dan Taiwan menjadi sorotan dunia, hal ini tak telepas karena mereka masih terlibat dalam suasana yang penuh dengan akar konflik di kedua negara sudah dimulai sejak berpupuluh-puluh tahun yang lalu.
Selama beberapa bulan terakhir, Taiwan mengeluhkan kehadiran pesawat-pesawat China di zona pengamatan udaranya. China selalu mengeklaim Taiwan adalah bagian dari wilayahnya. Sedangkan Taiwan berkukuh memiliki pemerintahan sendiri.
Britannica melaporkan Taiwan telah menjadi bagian dari China sejak abad ketujuh. Meski begitu, Taiwan sempat dikuasai Jepang usai China kalah dalam Perang Sino-Jepang 1895.
Kemudian, Akar konflik China dan Taiwan di massa modern ini bisa ditarik ke belakang sejak pecahnya Revolusi China pada tahun 1911.
Awal Mula Nasionalisme, Demokrasi dan Komunisme China
Paham-paham nasionalisme, demokrasi dan komunisme mulai memasuki kawasan Asia pada akhir abad ke-19 Masehi. Kehadiran paham-paham tersebut menimbulkan semangat kebangkitan melawan feodalisme dan pembatasan serta pergolakan sosial dan politik di negara-negara Asia, termasuk China.
Di China, muncul tokoh bernama Sun Yat Sen. Dia punya ajaran bernama San Min Chu I atau 3 Asas Rakyat. Ajaran San Min Chu I berisi nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Dalam ajarannya, dia bercita-cita membentuk Republik Cina yang diperintah dengan demokratis.
Selain itu, Sun Yat Sen juga menginisiasi berdirinya partai Kuomintang. Kala itu, China masih dikuasai oleh Dinasti Qing sedangkan Taiwan masih berada di bawah cengkeraman Jepang. Pada 1911, setelah berbagai perjuangan, Revolusi China pecah. Ini dimulai dengan pemberontakan-pemberontakan oleh kaum revolusioner melawan pasukan Qing.
Pasukan akhirnya berhasil menggulingkan Dinasti Qing pada Desember 1911. Pada Januari 1912, Sun Yat diangkat menjadi presiden sementara oleh pasukan revolusioner Republik Cina di Nanking.
Setelah runtuh, Qing resmi menyerahkan sepenuhnya kepada Republik China pada 12 Februari 1912. Demi menghindari pertumpahan darah, lanjutan Sun Yat Sen diri sebagai presiden sementara Namun dan diterapkan oleh Yuan Shih Kai pada 15 Februari 1912. sampai di situ hingga akhirnya, partai Komunis China atau Kungchantang lahir pada 1921.
Setelah Kungchantang berdiri, Kuomintang memiliki saingan. Kedua pihak ini saling bersaing untuk menyebarkan ideologi di China daratan.
Sun Yat Sen wafat pada 1925 dan tongkat kepemimpinan Kuomintang diambil alih Jenderal Chiang Kai-Shek. Beberapa tahun setelah itu, Chiang Kai-Shek mulai mengalahkan tokoh-tokoh komunis dengan membunuh para petinggi Kungchantang.
Pada 1 Agustus 1927, Kungchantang alias Partai Komunis mengobarkan pemberontakan di Nanchang. Konflik ini berubah menjadi Perang Saudara China dan mengarah pada pembentukan Tentara Merah. Pada tahun itu pula, Mao Zedong terpilih sebagai Ketua Kungchantang.
Perang China-Jepang
Kemudian perang berhenti karena Jepang menginvansi China dan pecahlah perang China-Jeoang di tahun 1929. Selama Perang China-Jepang II, China dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah China nasionalis di bawah kendali pemerintah Republik China, wilayah komunis di bawah Kungchantang, dan wilayah yang diduduki Jepang.
Tahun 1943 pemimpin Republik Cina Chiang Kai-shek bertemu dengan Presiden AS Franklin Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill di Kairo, Mesir. Dalam pertemuan itu, tercetuslas deklarasi Kairo yang menyatakan bahwa Taiwan dan Kepulauan Penghu akan dikembalikan ke Republik China.
Pada tahun 1945, Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jerman dan Jepang. Jepang dan menerima syarat-syarat deklarasi Potsdam pada 14 Agustus 1945.
Perang China-Taiwan Modern
Tak lam kemudian China mengalami perang saudara kembali karena perebutan kekuasaan antara kelompok nasionalis Kuomintang, yang berada di bawah kendali Chiang Kai Shek, melawan komunis pimpinan Mao Zedong.
Perang saudara yang memenangkan kubu komunis tersebut merenggut sekitar 9 juta nyawa manusia. Usai Kemenangan pada 1949, Mao Zedong menjadi pemimpin di China Daratan. Dia mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok say ini dan pemerintahan Republik Tiongkok yang telah terbangun telebih dulu.
Sementara itu, kubu Kuomintang melarikan diri ke Taiwan. Situs resmi pemerintah Taiwan mengungkap, sekitar 1,2 juta orang pindah dari daratan China ke Taiwan pada tahun 1949. Pemerintahan Republik China (Republic of China/ROC) pun turut pindah ke wilayah itu. Darurat militer juga diumumkan oleh Taiwan dan berlangsung hingga tahun 1987.
Banyak pihak menyebut era kepemimpinan Mao adalah masa-masa paling kelam di Negeri Tirai Bambu. Melihat China jatuh ke tangan komunis, Amerika Serikat (AS) tak tinggal diam dan berupaya membantu Taiwan.
Taiwan memilih untuk beralih ke jalur kanan, mengikuti AS serta memperkuat sistem demokrasi. Perpecahan inilah yang masih berlangsung sampai saat ini dan Taiwan menganggap wilayahnya bukan bagian dari China lagi.