Rusia dan Ukraina Tanda Tangan Perjanjian Ekspor Jutaan Ton Gandum

Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian terpisah dengan Turki dan PBB untuk membuka jalan bagi ekspor jutaan ton biji-bijian gandum Ukraina di Istanbul, Turki, pada Jumat 22 Juli 2022.
Sumber :

VIVA Dunia – Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian terpisah dengan Turki dan PBB untuk membuka jalan bagi ekspor jutaan ton biji-bijian gandum Ukraina, pada Jumat 22 Juli 2022. Kesepakatan ini mengakhiri kebuntuan ekspor akibat perang yang telah mengancam ketahanan pangan di seluruh dunia.

Perjanjian PBB ini akan memungkinkan Ukraina—salah satu lumbung pangan utama dunia—mengekspor 22 juta ton biji-bijian gandum, dan bahan-bahan pertanian lainnya melalui Laut Hitam. Ekspor gandum Ukraina selama ini tertahan di pelabuhan Laut Hitam akibat invasi Rusia. 

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyebut perjanjian ini sebagai “pelita harapan” bagi jutaan orang kelaparan yang menghadapi kenaikan harga makanan.

Petani di Ukraina saat memanen tanaman gandumnya

Photo :
  • AP Photo/Efrem Lukatsky)

“Kesepakatan yang memungkinkan biji-bijian berangkat meninggalkan pelabuhan Laut Hitam adalah penyelamat nyawa orang-orang di seluruh dunia yang berjuang untuk memberi makan keluarga mereka,” kata Direktur Jenderal Palang Merah, Robert Mardini. 

Dia mencatat bahwa selama enam bulan terakhir, harga pangan telah meningkat 187 persen di Sudan, 86 persen di Suriah dan 60 persen di Yaman, hanya untuk beberapa negara.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, dan Menteri Infrastruktur Ukraina, Oleksandr Kubrakov, menandatangani kesepakatan yang terpisah dengan Guterres dan Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, pada sebuah upacara di Istanbul. Kesepakatan ini disaksikan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. 

Rusia dan Ukraina tidak akan menandatangani kesepakatan apa pun secara langsung satu sama lain.

“Hari ini, ada pelita di Laut Hitam. Sebuah pelita harapan, pelita kemungkinan, pelita bantuan di dunia yang membutuhkannya lebih dari sebelumnya,” kata Guterres.

“Anda telah mengatasi rintangan dan mengesampingkan perbedaan untuk membuka jalan bagi inisiatif yang akan melayani kepentingan bersama semua,” katanya kepada para utusan.

Erdogan berharap itu akan menjadi “titik balik baru yang akan menghidupkan kembali harapan akan perdamaian.” Namun di Kiev, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengeluarkan nada yang lebih muram.

"Saya tidak membuka sebotol sampanye karena kesepakatan ini," kata Kuleba kepada The Associated Press. “Saya akan tetap berdoa bahwa ini akan berhasil, bahwa kapal akan membawa gandum ke pasar dunia dan harga akan turun dan orang akan memiliki makanan untuk dimakan. Tapi saya sangat berhati-hati karena saya tidak percaya pada Rusia.”

VIVA Militer: Volodymyr Zelensky dan Vladimir Putin

Photo :
  • independent.co.uk

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menggemakan keprihatinan Kuleba dalam pidato video malamnya, dengan mengatakan, “Jelas bagi semua orang bahwa mungkin ada beberapa provokasi di pihak Rusia, beberapa upaya untuk mendiskreditkan upaya Ukraina dan internasional. Tapi kami percaya pada PBB.”

Uni Eropa dan Inggris langsung menyambut baik kabar tersebut.

Indonesia di Atas AS dan Rusia dalam Hal Ini

"Ini adalah langkah maju yang penting dalam upaya mengatasi kerawanan pangan global yang disebabkan oleh agresi Rusia terhadap Ukraina," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell.

PBB: Kematian Anak Palestina akibat Dibunuh Tentara Israel di Tepi Barat Naik Tiga Kali Lipat
Pendeportasian bule Rusia ke negaranya

Bule Rusia Dideportasi, Overstay hingga Tak Bayar Tagihan RS Rp 33 Juta di Bali

DP (41), warga negara Rusia yang tidak membayar biaya rumah sakit sebesar Rp 33 juta dan overstay 14 bulan.

img_title
VIVA.co.id
23 November 2024