Kota Kerajaan Natounia yang Hilang Berusia 2.000 Tahun Ditemukan

Penggalian untuk kepentingan arkeologi (ilustrasi)
Sumber :
  • Grace Ramey/Daily News via AP

VIVA Dunia – Sebuah benteng berusia 2.000 tahun yang dibangun di lereng gunung di Kurdistan, Irak diduga menjadi bagian dari kota kerajaan yang hilang bernama Natounia.

Grace Tahir Kritik Ide Gila Pemimpin Partai Jepang, Perempuan Tak Boleh Sekolah hingga Dipaksa Aborsi

Dengan bantuan fotografi drone, para arkeolog menggali dan membuat katalog situs tersebut selama serangkaian penggalian antara tahun 2009 dan 2022.

Melansir dari CNN International, Rabu 20 Juli 2022, benteng kuno itu terletak di Pegunungan Zagros, benteng batu Rabana-Merquly terdiri dari benteng sepanjang hampir 2,5 mil (4 kilometer), dua pemukiman yang lebih kecil, relief batu ukir dan kompleks religi ditemukan.

Menhan Israel Blak-blakan Akui Negaranya Dalang di Balik Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

Benteng itu berada di perbatasan Adiabene, sebuah kerajaan kecil yang diperintah oleh raja-raja dari dinasti setempat.

Para penguasa ini disebut membayar upeti kepada Kekaisaran Parthia yang membentang di sebagian Iran dan Mesopotamia sekitar 2.000 tahun yang lalu, menurut penelitian yang dipimpin oleh Michael Brown, seorang peneliti di Institut Prasejarah, Protosejarah dan Arkeologi Timur Dekat Universitas Heidelberg, Jerman.

Dishub Ungkap Alasan Koridor 1 TransJakarta Blok M-Kota Bakal Ditutup

Penemuan tersebut juga dibantu oleh rekan-rekan dari Iran.

Ukiran di pintu masuk benteng menggambarkan seorang raja Adiabene, berdasarkan pakaian di ukiran itu, khususnya topinya, kata Brown.

Ukirannya menyerupai rupa raja-raja Adiabene lainnya, terutama yang ditemukan sejauh 143 mil (230 kilometer) di situs kota kuno bernama Hatra.

Sementara itu spekulasi Brown percaya benteng itu adalah kota kerajaan yang dikenal sebagai Natounia, atau alternatifnya Natounissarokerta, yang merupakan bagian dari kerajaan Adiabene.

"Natounia hanya benar-benar diketahui dari koin langkanya, tidak ada referensi sejarah yang detail," kata Brown melalui email.

Rincian disimpulkan dari tujuh koin menggambarkan sebuah kota yang dinamai seorang raja bernama Natounissar dan lokasi di sungai Zab Bawah yang dikenal pada zaman kuno sebagai Sungai Kapros.

"Lokasi dekat Zab Bawah/sungai Kapros kuno, pendudukan singkat, dan citra kerajaan semuanya menghubungkan situs arkeologi dengan deskripsi yang dapat kita simpulkan dari mata uang. Ada juga beberapa makam berstatus tinggi yang tidak biasa di dekatnya,"  kata Brown.

"Ini adalah argumen yang tidak langsung. Rabana-Merquly bukan satu-satunya kemungkinan bagi Natounia, tapi bisa dibilang kandidat terbaik sejauh ini untuk kota hilang, yang berada di kawasan, di suatu tempat," lanjutnya.

Raja dalam ukiran bisa menjadi pendiri Natounia baik Natounissar atau keturunan langsung.

Nama tempat Natounissarokerta terdiri dari nama kerajaan Natounissar, pendiri dinasti kerajaan Adiabene, dan kata Parthia untuk parit atau benteng, kata studi tersebut.

"Deskripsi ini bisa berlaku untuk Rabana-Merquly," ujar Brown.

Sebagai pemukiman besar yang terletak di persimpangan antara zona dataran tinggi dan dataran rendah, kemungkinan besar Rabana-Merquly telah digunakan untuk berdagang dengan suku-suku penggembala, mempertahankan hubungan diplomatik atau melakukan tekanan militer.

"Upaya besar yang harus dilakukan untuk merencanakan, membangun, dan memelihara benteng sebesar ini menunjukkan kegiatan pemerintah," kata dia.

Studi tersebut mengatakan penemuan itu menambah pengetahuan tentang arkeologi dan sejarah Parthia yang tetap sangat tidak lengkap meskipun signifikansinya sebagai kekuatan utama di Timur Dekat kuno.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya