Para Pengunjuk Rasa Tinggalkan Gedung-gedung Pemerintahan Sri Lanka
- AP Photo/Rafiq Maqbool
VIVA Dunia – Para demonstran di Kolombo, Sri Lanka, telah meninggalkan beberapa gedung negara, yang telah mereka ambil alih dalam beberapa hari terakhir, setelah Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, menginstruksikan pasukan keamanan untuk memulihkan ketertiban dan menyatakan keadaan darurat.
"Kami secara damai mundur dari Istana Kepresidenan, Sekretariat Presiden dan Kantor Perdana Menteri dengan segera, tetapi akan melanjutkan perjuangan kami," kata seorang juru bicara para pengunjuk rasa, seperti dilansir Channel News Asia, Jumat 15 Juli 2022.
Puluhan aktivis meninggalkan kantor Wickremesinghe saat polisi bersenjata dan pasukan keamanan bergerak masuk. Ibu Kota Kolombo memberlakukan jam malam, dan kendaraan lapis baja berpatroli di beberapa daerah. Pada Kamis sore, gerbang ditutup dengan penjaga bersenjata yang ditempatkan baik di dalam maupun di luar.
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa, pada Kamis 14 Juli 2022, telah menyampaikan pengunduran diri melalui surat elektronik, kata juru bicara ketua parlemen. Surat itu ia kirimkan beberapa jam setelah kabur ke Singapura, ketika Sri Lanka digempur protes massal atas krisis ekonomi.
Rajapaksa menyampaikan pengunduran diri melalui surat elektronik dan pernyataannya itu akan menjadi resmi pada Jumat, yaitu setelah surat tersebut diperiksa kebenarannya secara hukum, kata juru bicara tersebut.
Sebelumnya pada hari itu, pemilik bisnis Gihan Martyn, 49, menuduh presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa "mengulur waktu" untuk mengundurkan diri. "Dia pengecut. Dia menghancurkan negara kita... Jadi kita sama sekali tidak mempercayainya. Kita membutuhkan pemerintahan baru," katanya di luar Istana Presiden.
Para pengunjuk rasa juga meninggalkan studio stasiun televisi utama negara setelah menerobos masuk pada hari Rabu. Polisi mengatakan seorang tentara dan seorang polisi terluka dalam bentrokan semalam dengan pengunjuk rasa di luar parlemen nasional ketika pasukan keamanan memukul mundur upaya untuk menyerbu gedung legislatif.
Rumah sakit utama di Kolombo mengatakan sekitar 85 orang dirawat dengan luka-luka pada hari Rabu, dengan satu orang mati lemas setelah terkena gas air mata di kantor perdana menteri.
Militer dan polisi diberi perintah baru pada hari Kamis untuk secara tegas menghentikan kekerasan apa pun, dan memperingatkan para pembuat onar bahwa mereka "diberdayakan secara sah untuk menggunakan kekuatan mereka".
Tetapi mahasiswa Chirath Chathuranga Jayalath, 26, mengatakan: "Anda tidak dapat menghentikan protes ini dengan membunuh orang. Mereka akan menembak kepala kami tetapi kami melakukan ini dari hati kami."