5 Negara Penguasa Minyak Terbesar di Dunia
- Al Arabiya.
VIVA Dunia - Negara penguasa minyak terbesar di dunia. Negara-negara penghasil minyak di dunia memainkan peran penting dalam kebijakan dunia. Menurut BP Statistical Review of World Energy 2020, sekitar lebih dari 95 juta per barel minyak di produksi pada 2019 campaian ini hampir sama pada tahun sebelumnya meningkat 17 persen dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya.
Diperkirakan ada 1,73 triliun barel cadangan minyak yang dimiliki oleh setiap negara penghasil minyak terbesar di dunia. Tiga negara sangat mendominasi produksi minyak dunia. Dari bahan minyak ini menghasilkan beberapa bahan bakar yang memiliki banyak kegunaan seperti transportasi, industri dan pemanas listrik.
Banyak negara dalam daftar ini yang merupakan anggota kelompok negara pengekspor minyak OPEC, sebuah organisasi yang terus mengontrol produksi minyak global sejak didirikan pada tahun 1960 sebagai sarana untuk mendukung harga minyak dan memastikan pendapatan yang stabil untuk keanggotaannya.
Berikut beberapa negara minyak terbesar di dunia, seperti dilansir dari NS Energy, sebagai berikut:
1. Amerika Serikat - 17 Juta Barel Per Hari
Amerika Serikat menjadi produksi minyak terbesar di dunia pada 2017, menyusul Arab Saudi sebelumnya berada di peringkat atas. Produksi minyak naik 18 persen pada 2019 atau sekitar 17 juta barel per harinya.
AS menjadi penghasil minyak terbesar di dunia, didorong dengan teknologi terbarunya dan teknik pengeboran yaitu Shale Fracking, yang sebelumnya sulit untuk dilakukan, setelah menggunakan teknologi tersebut AS makin mudah untuk memproduksi minyak.
Pada 2019, sekitar 69 persen dari total minyak mentah yang dimiliki oleh Amerika Serikat berada di lima negara bagiannya, diantaranya Texas, North Dakota, New Mexico, Oklahoma dan Colorado.
2. Arab Saudi - 11,8 Juta Barel Per Hari
Arab Saudi menjadi peringkat kedua, sebelumnya Arab Saudi berada di peringkat pertama sebagai penghasil minyak terbanyak di dunia. Pada tahun 2019, Arab Saudi telah memproduksi minyak 11,8 juta barel per hari.
Arab Saudi merupakan negara paling banyak pengekspor minyak terbesar di dunia. Selain itu juga, Arab Saudi menjadi pemimpin OPEC atau dalam bahasa Indonesia merupakan sebuah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak.
Saudi Aramco merupakan sebuah perusahan yang menangani minyak mentah di seluruh Arab Saudi, pada 2019 dinobatkan sebagai perusahaan paling berharga di dunia. Pemimpin perusahan tersebut dipegang oleh Pangeran Arab Saudi yaitu Mohammad Bin Salman.
3. Rusia - 11,5 Juta Barel Per Hari
Rusia telah menyumbangkan 12 persen pasokan minyak ke seluruh dunia pada 2019. Rusia bisa menghasilkan minyak mentah sebanyak 11,5 juta barel per hari. Seperti halnya Arab Saudi, Rusia juga merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar di dunia.
Sebagian besar, ekspor minyak yang sering dikirim oleh Rusia yakni ke China, Jerman, Belanda serta negara-negara Eropa lainnya. Setelah jatuhnya Uni Soviet dan berganti nama menjadi Rusia. Perusahan minyak mentah dikuasai oleh pemimpin negara.
Selain menghasilkan banyak minyak. Rusia juga penghasil gas alam terbesar di dunia, bersama Amerika Serikat, kedua negara tersebut bersaing dalam memproduksi gas alam untuk dijual ke beberapa negara.
4. Kanada - 5,6 Juta Barel Per Hari
Sekitar 95 persen minyak mentah di Kanada terletak di provinsi Alberta Barat. Kanada juga termasuk tiga negara yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia setelah Arab Saudi dan Venezuela. Pada tahun 2019, Kanada mampu memproduksi minyak mentah sebanyak 5,6 juta barel per hari.
Perusahan yang memproduksi minyak di Kanada dipegang oleh Suncor Energy, Imperial Oil, Husky dan Cenovus. Hasil minyak mentah yang diproduksi oleh Kanada langsung di ekspor ke Amerika Serikat, tercatat pada 2019 telah mengekspor 3,7 juta barel per harinya.
5. Irak - 4,8 Juta Barel Per Hari
Pada tahun 2019, Irak telah memproduksi minyak mentah sebakany 4,8 juta barel per hari. Irak juga masuk dalam keanggotaan OPEC.Â
Selain minyak, Irak juga penghasil hidrokarbon yang sangat besar. Pengembangan infrastruktur minyak di Irak terbilang sangat lambat, menyusuk sanksi ekonomi, konflik militer dan pergolakan politik yang menimpa Irak, membuat negara tersebut kehilangan pendapatan dari ekspor minyak.