Boris Johnson Mengundurkan Diri, Ukraina Sedih Kehilangan Sekutu Utama
- Ukrainian Presidential Press Office via AP.
VIVA Dunia – Ketika Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya pada Kamis, 7 Juli 2022, rasa lega menyebar di seluruh Westminster. Namun, di Kiev, pengunduran diri Johnson justru disambut dengan keputusasasaan.
Johnson telah menjadi salah satu pendukung Ukraina yang paling vokal ketika mencoba untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia yang tidak beralasan, dan kepergiannya menimbulkan kekhawatiran bahwa dukungan Inggris untuk negara itu – senilai US$4,6 miliar atau setara dengan Rp67,342 triliun sejauh ini - yang mungkin akan mulai berkurang.
Tetapi dengan seluruh dunia Barat bersatu di belakangnya, Ukraina tidak kekurangan pendukung.
Johnson telah dipandang sebagai sekutu khusus di Kiev. Pada awal April, ia menjadi salah satu pemimpin asing pertama yang melakukan perjalanan berbahaya ke ibu kota Ukraina, kemudian kembali pada kunjungan mendadaknya ke negara yang berperang itu pada bulan lalu. Johnson juga telah menjalin hubungan dekat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Zelensky mengaku sedih melihat pengunduran diri Johnson. "Kami semua mendengar berita ini dengan sedih. Bukan hanya saya, tetapi juga seluruh masyarakat Ukraina," kata Zelensky kepada Johnson melalui telepon pada hari Kamis lalu.
"Kami tidak ragu bahwa dukungan Inggris Raya akan dipertahankan, tetapi kepemimpinan dan karisma pribadi anda (Johnson) membuatnya istimewa," tambah Zelensky, dikutip dari CNN, Senin 11 Juli 2022.
Kristine Berzina seorang peneliti senior kebijakan keamanan dan pertahanan di German Marshall Fund Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa selain dukungan militer Inggris, kepribadian Johnson telah memainkan peran besar dalam cara orang Ukraina melihatnya.
"Suara keras dan dukungan Johnson untuk perjuangan Ukraina sangat kontras dengan dukungan bersahaja yang diberikan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz. Dia adalah pemimpin kekuatan besar Eropa, kekuatan nuklir, tidak takut untuk mendukung Ukraina, dan mengancam Rusia," katanya kepada CNN melalui email.
Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadapi kritik dari Zelensky, karena berusaha menenangkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ukraina anggap Boris Johnson pahlawan
Johnson selalu dipandang sebagai pendukung tegas. Perdana menteri Inggris itu begitu populer di Ukraina sehingga beberapa kota telah mengusulkan penamaan jalan dengan namanya.
Penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, menyebut Johnson sebagai pahlawan, sementara Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan pemimpin Inggris itu adalah orang yang tidak takut, siap mengambil risiko demi tujuan yang dia yakini.
Peter Kellner seorang pakar jajak pendapat Inggris, jurnalis dan sarjana tamu di Carnegie Europe, mengatakan dedikasi Johnson untuk Ukraina kemungkinan terinspirasi oleh sejarah dan kebutuhan politiknya sendiri.
"Ukraina telah memberi Johnson kesempatan langka untuk meniru pahlawannya, untuk mengambil sikap keras dan tanpa kompromi pada masalah yang bersifat moral dan militer," katanya kepada CNN melalui email, merujuk pada kekaguman Johnson yang terkenal terhadap pemimpin Perang Dunia Kedua Inggris, Winston Churchill.
Kellner menambahkan bahwa Johnson sering mencoba mengalihkan perhatian ke Ukraina pada saat krisis di dalam negeri. "Invasi Rusia terjadi pada saat Johnson dilanda skandal, terutama atas skandal 'Partygate', dan juga menderita oleh biaya politik dari inflasi yang meningkat dengan cepat," katanya.
"Dia bukan yang pertama, dan tidak akan menjadi pemimpin nasional terakhir yang menggunakan ketangguhan di luar negeri untuk menutupi kelemahan di dalam negeri."
Glyn Morgan profesor ilmu politik di Universitas Syracuse, juga mempertanyakan motivasi Johnson.
"Jika seseorang bersikap sinis, orang mungkin berpikir bahwa komitmen Johnson ke Ukraina mencerminkan upaya tak tahu malu untuk mengalihkan perhatian dari hubungannya yang sudah berlangsung lama dengan kepentingan bisnis Rusia dan popularitasnya yang runtuh di Inggris pada saat itu," katanya.
Johnson telah memperjuangkan Ukraina, tetapi komitmen Inggris untuk membantunya menghadapi Rusia dimulai jauh sebelum dia berkuasa, bahkan ketika Rusia secara ilegal mencaplok Krimea pada tahun 2014.