5 Fakta Vladimir Putin Dituduh Membunuh Ilmuwan Top Dunia
- buzzfeednews.com
VIVA Dunia – Putra ilmuwan laser yang berasal dari Rusia, Dr Dmitry Kolker berumur 54 tahun yang telah meninggal, menuduh dinas keamanan FSB Vladimir Putin sebagai agen yang membunuh ayahnya.
Sebelumnya meninggal, Dr Dmitry melakukan perjalanan ke China dan setelahnya dicurigai mata-mata China oleh Rusia. Lalu, bagaimana deretan fakta lain tentang kasus ini, Viva merangkumnya dari berbagai sumber sebagai berikut:
1. Dijebloskan ke Penjara
Awalnya ilmuwan kelas dunia yang berasal dari Rusia dikeluarkan dari rumah sakit kanker pada 30 Juni dan diterbangkan dari Siberia ke Moskow, karena dicurigai menjadi mata-mata untuk China.
Dia ditahan atas dugaan pengkhianatan tingkat tinggi oleh badan kontra-intelijen FSB, yang pernah dipimpin oleh Vladimir Putin. "FSB membunuh ayah saya, mengetahui kondisinya," kata Maxim Kolker, kepada media.
Keluarga telah memperingatkan dinas intelijen bahwa dia sedang berada di ranjang kematiannya, terlalu sakit dengan kanker pankreas untuk menghadapi kemoterapi lebih lanjut dan diterbangkan untuk masuk ke penjara.
2. Sakit dan Meninggal di Rumah Sakit
Dr Kolker sebagai ilmuwan dunia yang sedang berjuang melawan kanker pankreas stadium akhir, ketika dia dibawa dari rumah sakit dan ditangkap karena pengkhianatan negara.
Setelah diterbangkan ke Moskow, dia dimasukkan ke dalam penjara Lefortovo yang terkenal kejam sebelum dilarikan ke rumah sakit tempat dia meninggal. Mereka bahkan tidak membiarkan keluarga ilmuwan tersebut mengucapkan selamat tinggal.
Keluarga menyalahkan penyelidik kasus mata-mata yang dia sebut sebagai Morozov, bersama dengan hakim Novosibirsk yang menyetujui penahanan ayahnya dan seluruh aparatur negara. Keluarga mendesak pemerintah Rusia untuk terus menyoroti kasus ayah mereka.
3. Satu dari Dua Akademisi yang Dituduh
Dr Kolker adalah salah satu dari dua akademisi terkemuka yang dituduh berada dalam jaringan mata-mata China.
Yang lainnya, yaitu  Profesor Anatoly Maslov pelopor teknologi hipersonik, ia higga saat ini tetap berada di penjara Lefortovo di Moskow, tempat Dr Kolker ditahan sebelum dilarikan ke rumah sakit tempat dia meninggal.
4. Menolak Tuduhan
Keluarga Dr Kolker menuduh dinas keamanan Putin melakukan "penyiksaan" dan pelanggaran hak asasi manusia dalam menangkap ilmuwan top di ranjang rumah sakit. Mereka membantah keras bahwa dia telah memberikan rahasia negara tentang laser ke China.
FSB mengklaim memiliki otorisasi medis untuk mencabutnya dari infus rumah sakit dan memenjarakannya ketika dalam penyelidikan karena menjadi mata-mata besar.
Kematiannya saat dalam tahanan diumumkan oleh keluarganya. Menurut keluarganyan Ilmuwan top itu secara resmi didesak untuk berkolaborasi dengan mitra asing terkemuka, tetapi setalah mereka melakukan, mereka dituduh melakukan spionase.
Dr Kolker adalah kepala laboratorium teknologi optik kuantum Universitas Negeri Novosibirsk dan dianggap sebagai ahli laser dunia, setelah sebelumnya bekerja sama dengan Laboratorium Rutherford Appleton di Oxford, dan institut besar di banyak negara.
5. Pengkhianatan dan Rahasia Militer
Tidak jelas apakah tuduhan pengkhianatan seorang mata-mata itu terkait dengan rahasia militer tingkat lanjut mengenai senjata laser atau hal lainnya.
Dia menderita kanker pankreas stadium 4 dan terlalu sakit untuk menjalani kemoterapi ketika dia ditahan dengan kejam di dalam penjara.
Pengakuan dari keluarga, mengakui bahwa ayahnya telah melakukan perjalanan ke China dalam perjalanan kuliah.
Tetapi ilmuwan itu juga merupakan seorang ilmuwan berbakat dan selalu ditemani oleh agen FSB yang siap menyetujui setiap kata dari kuliahnya.
Dr Maslov, kepala peneliti di Institute of Theoretical and Applied Mechanics, bagian dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia Cabang Siberia, diduga mengirimkan rahasia negara hipersonik ke kekuatan asing, yang diyakini China.
Sifat pasti dari kejahatan yang dituduhkan tidak diketahui tetapi karyanya termasuk inovasi hipersonik untuk pesawat.
Nah, demikian informasi mengenai pembunuhan ilmuwan laser top dunia yang dilakukan oleh rusia, kasus ini hingga saat ini masih belum menemukan jalan terang untuk keadilan.