Kepada Jokowi, Putin Sebut Barat Kacaukan Produksi Pertanian Dunia
- ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev
VIVA – Kebijakan makroekonomi yang tidak bertanggung jawab dari beberapa negara dunia dinilai Presiden Rusia Vladimir Putin menjadi salah satu masalah dari ketidakseimbangan pasar pangan dunia saat ini.
Atas kondisi tersebut, menurut Putin, negara-negara Barat justru semakin mengacaukan produksi pertanian global dengan membatasi pasokan pupuk Rusia dan Belarusia.
"Negara-negara Barat makin mengacaukan produksi pertanian global dengan memberlakukan pembatasan pada pasokan pupuk Rusia dan Belarusia," kata Putin di hadapan Presiden Jokowi, di Kremlin, Moskow, Rusia, dikutip dari Antara Jumat 1 Juli 2022.
Baca juga:Â Di Hadapan Jokowi, Putin Beberkan Perkembangan Rinci Soal Ukraina
Putin mengungkapkan tak hanya pembatasan, negara-negara Barat juga menghambat ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia, memperumit asuransi kapal, dan pembayaran bank berdasarkan kontrak perdagangan.
"Saya akan tekankan sekali lagi. Rusia telah dan tetap menjadi salah satu produsen dan eksportir makanan utama dunia," tegas Putin.
Dia menyebutkan Rusia memasok produk pertanian ke 161 negara. Tahun lalu, Rusia mengekspor lebih dari 43 juta ton biji-bijian, termasuk 33 juta ton gandum.
"Tahun ini, kami mengharapkan panen biji-bijian yang baik, yang memungkinkan kami untuk meningkatkan pasokan kami ke pasar eksternal hingga 50 juta ton," jelasnya.
Putin menyatakan Rusia siap memenuhi permintaan produsen pertanian di Indonesia dan negara-negara sahabat lainnya untuk pupuk nitrogen, fosfor, Â kalium, serta bahan baku untuk produksi tani.
"Pangsa pupuk mineral Rusia di pasar dunia mencapai 11 persen dan melebihi 20 persen dalam beberapa varietas. Tahun lalu, kami mengirim 37 juta ton produk ini ke luar negeri," kata dia.
Putin menegaskan Rusia berniat untuk terus memenuhi, dengan iktikad baik, semua kewajiban kontraktualnya untuk pasokan makanan, pupuk, sumber daya energi, dan barang-barang penting lainnya.Â
Dalam konteks ini, Rusia menganggap penting untuk memulihkan rantai pasokan yang terganggu oleh sanksi. (Ant)