Joe Biden Desak Para Pemimpin G7 Terus Lawan Rusia
- AP Photo/Susan Walsh
VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan kepada sekutunya pada Minggu 26 Juni 2022, dalam pertemuan puncak G7 bahwa mereka harus tetap bersama melawan Rusia. Pertemuan puncak tersebut didominasi oleh perang di Ukraina dan dampaknya terhadap pasokan makanan dan energi serta ekonomi global.
Pada awal pertemuan di Pegunungan Alpen Bavaria, empat dari negara-negara G7 bergerak untuk melarang impor emas Rusia, untuk memperketat sanksi yang menekan Moskow dan memotong sarananya untuk membiayai invasi ke Ukraina.
Tetapi tidak jelas apakah ada konsensus G7 mengenai rencana tersebut, tetapi Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan masalah itu perlu ditangani dengan hati-hati dan didiskusikan lebih lanjut.
"Inggris, Amerika Serikat (AS), Jepang dan Kanada menyetujui larangan impor emas baru Rusia," kata pemerintah Inggris, dikutip dari Channel News Asia, Senin 27 Juni 2022.
Inggris mengatakan larangan itu ditujukan untuk orang kaya Rusia yang telah membeli safe-haven bullion untuk mengurangi dampak finansial dari sanksi Barat. Para pemimpin G7 yakni Inggris, Prancis, AS, Jerman, Jepang, Italia, dan Kanada, juga melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pembatasan harga minyak Rusia, kata sumber pemerintah Jerman.
Seorang pejabat kepresidenan Prancis mengatakan, Paris akan mendorong pembatasan harga minyak dan gas dan terbuka untuk membahas proposal AS.
Para pemimpin G7 memang menyepakati janji untuk mengumpulkan US$600 miliar atau setara dengan Rp8,8 triliun bagi dana swasta dan publik untuk negara-negara berkembang guna melawan pengaruh China yang semakin besar dan melunakkan dampak melonjaknya harga pangan dan energi.
Tuan rumah G7 Kanselir Jerman Olaf Scholz mengundang Senegal, Argentina, Indonesia, India, dan Afrika Selatan sebagai negara mitra di KTT tersebut. Banyak negara di belahan dunia selatan mengkhawatirkan kerusakan tambahan dari sanksi Barat terhadap Rusia.
Oxfam dan kelompok kampanye lainnya mengatakan lonjakan harga pangan untuk negara-negara berkembang sangat mencekik.
Mereka ingin para pemimpin G7 mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan yang berlebihan untuk membantu mereka yang terkena krisis pangan, dan membatalkan utang negara-negara termiskin, dan untuk mendukung negara-negara berkembang dalam pertempuran mereka melawan krisis pangan dan perubahan iklim.
Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan negara-negara G7 akan mengesankan negara-negara mitra bahwa kenaikan harga pangan adalah hasil dari tindakan Rusia bukan sanksi Barat. Pejabat dari beberapa negara G7, termasuk Jerman dan Inggris, mendorong pengabaian sementara mandat biofuel untuk memerangi kenaikan harga pangan, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Tetapi Jerman memperkirakan proposal tersebut gagal untuk mendapatkan dukungan G7 karena perlawanan AS dan Kanada, seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada Reuters pada hari Minggu.