Fenomena Darah Salju di Alpen, Para Ilmuwan Dunia Khawatir

Peneliti Eric Marechal dari CEA memegang sampel tumbuhan Darah Salju
Sumber :
  • ANTARA/Reuters/Denis Balibouse/as

VIVA – Sambil berdiri di atas lereng bersalju sekitar 2.500 meter di atas permukaan laut, Eric Marechal memegang sebuah tabung berisi alga merah tua yang dikenal sebagai "darah salju".

Masa Tenang Pilkada, Car Free Day di Sudirman-Thamrin Tidak Diberlakukan pada 24 November 2024

Fenomena "darah salju" mempercepat pencairan salju di Alpen yang membuat para ilmuwan khawatir.

"Alga ini berwarna hijau. Tetapi di salju, alga ini mengumpulkan sedikit pigmen seperti tabir surya untuk melindungi dirinya," kata Marechal, direktur penelitian di Pusat Nasional Penelitian Ilmiah di Grenoble, Prancis.

Polisi Tetapkan 4 Orang Jadi Tersangka Kasus Penganiayaan Anak yang Dituduh Curi Uang di Tangerang

Bersama anggota timnya, dia sedang mengumpulkan sampel untuk pengujian laboratorium.

Di dekat kakinya, sepetak salju merah terlihat berkilauan di bawah sinar matahari.

Dapat Hibah 5 Juta Blangko dari Kemendagri, Pemprov Jakarta Jamin Cetak KTP Kini Hanya 15 Menit

Alga tersebut dideskripsikan pertama kali oleh Aristoteles pada abad ketiga Sebelum Masehi, namun baru pada 2019 diidentifikasi secara formal dan diberi nama Latin Sanguina nivaloides.

Para ilmuwan kini berlomba memahaminya dengan lebih baik sebelum terlambat, karena volume salju berkurang akibat kenaikan suhu global yang melanda pegunungan Alpen.

Ada dua alasan kenapa mempelajari alga itu, kata Marechal.

"Pertama, ini adalah kawasan yang baru sedikit dieksplorasi dan kedua, kawasan ini sedang meleleh di depan mata kita jadi (persoalan) ini sangat mendesak," katanya.

Beberapa ilmuwan, termasuk Alberto Amato, periset rekayasa genetika di CEA Centre de Grenoble, mengatakan volume alga tersebut sepertinya terus bertambah akibat perubahan iklim, ketika atmosfer mengandung lebih banyak karbon dioksida yang mendukung pertumbuhannya.

Meski penelitian masih berlangsung, sudah bisa dipastikan bahwa keberadaan alga itu mempercepat pencairan salju karena pigmen yang dikandungnya mengurangi kemampuan untuk memantulkan panas matahari.

Alga-alga jenis lain, termasuk yang berwarna ungu, dan jelaga dari kebakaran hutan juga memiliki efek serupa. Jika alga itu menyebar, salju dan gletser di seluruh dunia akan cepat mencair.

"Makin hangat udaranya, makin banyak alga di sana dan lebih banyak salju akan mencair dengan cepat," kata Amato.

"Ini adalah lingkaran setan dan kita berusaha untuk memahami semua mekanisme, memahami lingkaran ini, sehingga kita dapat mencoba berbuat sesuatu tentang hal itu," kata dia. (Ant/Antara)
 

Menteri Perumahan Rakyat Maruarar Sirait

Menteri Ara Setuju Tapera Bersifat Sukarela: Jangan Maksa-maksa

Menteri PKP Maruarar Sirait meminta BP Tapera untuk membuat terobosan dan membuat sistem yang menarik agar program Tapera ini didukung oleh masyarakat.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024