4 'Superhero' Arab Ini Ubah Dunia Sejak Tahun 856 M
- https://en.vestikavkaza.ru/
VIVA – Superhero atau pahlawan super merupakan tokoh fiksi yang memiliki kekuatan luar biasa untuk melakukan tindakan hebat atau melawan penjahat. Biasanya superhero mempunyai dua sisi kehidupan.Â
Dalam kehidupan normal mereka berpenampilan dan bekerja seperti manusia pada umumnya. Ketika ada kejahatan atau membutuhkan bantuan, barulah superhero mengeluarkan kekuatannya.
Karena memiliki dua kehidupan, tak jarang para superhero berkostum unik dan menutupi muka demi menyembunyikan identitas aslinya. Mayoritas superhero berasal dari Amerika Serikat.
Meskipun hanya karakter fiksi yang dituangkan ke bentuk komik, film, atau serial, di kehidupan nyata tentu ada sejumlah orang yang dapat disebut pahlawan super lantaran jasa-jasanya berhasil mengubah dunia dari berbagai bidang dan negara, termasuk negara tanah Arab. Dilansir dari kaleela.com, berikut 5 superhero dari tanah Arab yang berjasa mengubah dunia.
Fatima Al-Fihri
Pada tahun 856, Fatima mendirikan Universitas al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Universitas ini merupakan kampus pertama yang dikabarkan memberi gelar di dunia dan hingga kini masih eksis. Lahir pada tahun 800 di Tunisia, Fatima bersama keluarganya berimigrasi ke Maroko.Â
Ketika ayahnya meninggal dunia, Fatima dan saudara perempuannya bernama Miriam diwariskan sejumlah uang. Kemudian ia memutuskan untuk membangun dua masjid yaitu Masjid Al-Qarawiyyin dan Masjid Al-Andalus di Fez.
Kemudian Fatima menggunakan uang sisa warisan untuk memperluas Masjid Al-Qarawiyyin untuk memulai pembangunan Universitas al-Qarawiyyin.
Al-Kindi
Bernama lengkap Abu Yusuf Yaqub ibn Ishaq as-Sabbah al-Kindi, ia merupakan seorang filsuf Arab yang kerap mendapat julukan ‘bapak filsafat Arab’. Al-Kindi adalah salah satu orang Arab pertama yang mempelajari tentang filsafat Hellenic dan menyesuaikannya dengan ideologi Muslim.
Qasim Amin
Qasim Amin adalah seorang hakim dari Mesir. Kepandaiannya membuat ia berhasil menyelesaikan sekolah hukum saat masih berusia 17 tahun. Selepas lulus sekolah hukum, Qasim mendapatkan beasiswa ke University of Montpellier di Prancis. Di sana ia mempelajari tentang feminisme.
Kembali ke Mesir, Qasim mulai memperjuangkan hak-hak terkait perempuan seperti penggunaan hijab, pernikahan dini, serta kurangnya pendidikan perempuan Muslim di dunia Arab.
Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan
Sheikh Zayed menjabat sebagai Presiden Uni Emirat Arab (UEA) selama 33 tahun dari tahun 1971 hingga 2004. Situasi ini dilatarbelakangi dengan jasanya membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara maju lain alih-alih berperang tanpa henti melawan mereka. Ia juga berjasa membangun ekonomi UEA hingga maju seperti sekarang.