Ilmuwan Temukan Cacar Monyet Menular Lewat Air Mani
- stat news
VIVA – Para ilmuwan temukan virus monkeypox atau cacar monyet yang terdeteksi dalam air mani pada beberapa pasien di Italia pada Senin 13 Juni 2022. Hal ini menimbulkan pertanyaan bahwa dugaan penularan penyakit ini bisa dilakukan saat berhubungan seksual.
Virus monkeypox diketahui menyebar melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, dan dapat menular melalui lesi kulit yang khas atau tetesan air liur.
Melansir dari The Sundaily, Selasa 14 Juni 2022, banyak kasus cacar monyet yang dikonfirmasi terjadi pada pasangan seksual yang pernah melakukan kontak dekat.
Namun penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, klamidia, dan sifilis dipahami disebabkan oleh patogen yang berpindah dari satu orang ke orang berikutnya khususnya dalam air mani, cairan vagina atau cairan tubuh lainnya.
Para peneliti di Institut Spallanzani, sebuah rumah sakit dan fasilitas penelitian penyakit menular di Roma pertama kali menyoroti bukti virus monkeypox dalam air mani pada empat pasien di Italia dalam sebuah laporan pada 2 Juni 2022.
Sejak itu mereka telah mengidentifikasi enam dari tujuh pasien di fasilitas tersebut dengan air mani yang mengandung materi genetik virus.
Secara khusus, sampel yang diuji di laboratorium dari satu pasien menunjukkan bahwa virus yang ditemukan dalam air maninya mampu menginfeksi orang lain dan bereplikasi.
“Data yang sedang diajukan ini untuk publikasi, tidak cukup membuktikan bahwa sifat biologis virus telah berubah, sehingga cara penularannya telah berkembang,” ujar Francesco Vaia selaku direktur umum institut itu.
"Namun, memiliki virus menular dalam air mani adalah faktor yang sangat mendukung hipotesis bahwa penularan seksual adalah salah satu cara penularan virus ini," tambahnya.
Vaia mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia telah diberitahu tentang temuan terbaru. Tetapi Badan PBB itu tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar lebih lanjut.
Data tersebut muncul karena lebih dari 1.300 kasus penyakit virus telah dilaporkan oleh sekitar 30 negara, sebagian besar di Eropa, sejak awal Mei. Sebagian besar kasus telah dilaporkan pada pria yang berhubungan seks dengan pria.
Wabah ini telah memicu kekhawatiran karena virus ini jarang terlihat di luar Afrika, di mana ia endemik, dan sebagian besar kasus tidak terkait dengan perjalanan ke benua itu.
Para ilmuwan berusaha keras untuk memahami apa yang mendorong wabah saat ini, asal-usulnya, dan apakah sesuatu tentang virus telah berubah.