Putin Lakukan Blokade Laut Hitam Disebut untuk Ciptakan Krisis
- AP Photo/Sergei Chuzavkov, File)
VIVA – Profesor sejarah dari Universitas Yale Timothy Synder berpendapat pada Sabtu 11 Juni 2022 bahwa blokade Laut Hitam yang dilakukan Rusia dimaksudkan untuk menghasilkan pengungsi. Hal itu juga akan berpotensi menyebabkan ketidakstabilan di dalam Uni Eropa.
“Rencana kelaparan Presiden Rusia Vladimir Putin dimaksudkan untuk menghasilkan pengungsi dari Afrika Utara dan Timur Tengah, daerah yang biasanya diberi makan oleh Ukraina. Ini akan menghasilkan ketidakstabilan di Uni Eropa,” tulis Snyder dalam akun Twitternya.
Perang yang sedang berlangsung telah menyebabkan pelabuhan Laut Hitam di Ukraina ditutup. Hal ini mengancam pasokan makanan dan menantang sejumlah negara yang bergantung ke Ukraina, yang merupakan pengekspor biji-bijian terbesar di dunia.
“Jika blokade Rusia berlanjut, puluhan juta ton makanan akan membusuk dalam silo, dan jutaan orang di Afrika dan Asia akan kelaparan sebagai akibatnya,” ujarnya, dikutip dari Newsweek, Senin 13 Juni 2022.
Ala Stoyanova wakil Gubernur kota Odessa di Ukraina, membuat peringatan serupa tentang konsekuensi dari produk biji-bijian yang menumpuk di pelabuhan Ukraina karena blokade. Hal itu juga memicu kekurangan pangan di seluruh dunia.
“Ini adalah tujuannya, saya pikir, untuk negara-negara miskin ini kelaparan dimulai dari gandum. Ketika dia (Putin) mulai memblokir pelabuhan kami, dengan cara ini dia memeras dunia,” kata Stoyanova.
Pada hari-hari normal, sekitar 3.000 kantainer gandum akan tiba dengan kereta api di Odessa dan pelabuhan Ukraina lainnya, di mana mereka disimpan dalam silo yang luas.
Sementara itu, hampir 276 juta orang di seluruh dunia mengalami kelaparan akut sejak awal tahun ini. Tetapi, jumlah itu bisa bertambah lagi 47 juta orang lagi, khususnya di Afrika sub-Sahara, jika perang berlanjut.