China-Rusia Memveto Sanksi Baru PBB untuk Korut, Dewan Keamanan Geger

Pagelaran tari massal di Kim Il Sung Square di Pyongyang, Korea Utara
Sumber :
  • AP Photo/David Guttenfelder

VIVA – China dan Rusia sepakat menuduh Amerika Serikat (AS) yang memicu ketegangan di Semenanjung Korea. Hal itu disampaikan selama pertemuan penting PBB untuk menjelaskan keputusan mereka memveto sanksi global baru atas peluncuran rudal balistik baru Korea Utara (Korut).

Korsel Kirim Jet Tempur saat 11 Pesawat Militer China dan Rusia Masuki Zona Pertahanan Udaranya

Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan kepada Majelis Umum PBB pada Rabu 8 Juni 2022 bahwa ketegangan di semenanjung telah berkembang terutama karena kegagalan kebijakan AS.

Dia juga mendorong Washington untuk mengambil tindakan dan mengajukan permohonan agar sanksi bagi Korea Utara di cabut.

Bersahabat Dekat dengan Trump, Putin Optimis Hubungan Rusia-AS Bakal Mencair

“Ada banyak hal yang bisa dilakukan AS, seperti melonggarkan sanksi terhadap Korea Utara di daerah tertentu, dan mengakhiri latihan militer bersama dengan Korea Selatan. Kuncinya adalah mengambil tindakan, bukan hanya berbicara tentang kesiapannya untuk berdialog tanpa prasyarat,” kata Zhang dikutip dari Al Jazeera, Kamis 9 Juni 2022.

Baca juga: Mayat-mayat Berserakan Masih Ditemukan di Kota Hancur Mariupol

Pria Rusia yang Bakar Al-Quran Dihukum Tambahan 14 Tahun Penjara atas Tuduhan Pengkhianatan

Wakil Duta Besar Moskow untuk PBB Anna Evstigneeva juga menyerukan hal yang sama dengan China yakni mencabut sanksi yang diberikan untuk Korea Utara.

“Korea Utara lebih membutuhkan banyak bantuan kemanusiaan dan Barat harus berhenti menyalahkan Pyongyang atas ketegangan tersebut,” ujar Evstigneeva.

Sesi pertemuan tersebut diadakan pada hari Rabu, dari 193 anggota Majelis Umum PBB yang pertama, di mana anggota Dewan Keamanan harus menjelaskan penggunaan hak veto mereka. Ini merupakan sebuah langkah yang diperlukan berdasarkan resolusi yang diadopsi oleh badan global pada 26 April lalu.

Veto China dan Rusia di Korea Utara pada bulan lalu secara terbuka memecah Dewan Keamanan PBB untuk pertama kalinya sejak sanksi yang memberatkan Pyongyang pada 2006.

Wakil Duta Besar AS Jeffrey DeLaurentis menolak tuduhan China dan Rusia serta mempertanyakan apakah Beijing dan Moskow telah meningkatkan kemitraan stretegis mereka di atas keamanan global dengan memveto sanksi Korea Utara.

“Kami berharap veto ini bukan cerminan dari kemitraan itu,” kata DeLaurentis yang berbicara kepada majelis setelah China dan Rusia.

“Penjelasan mereka untuk menggunakan veto tidak cukup, tidak kredibel, dan tidak meyakinkan. Hak veto tidak dikerahkan untuk melayani keselamatan dan keamanan kolektif kita,” ujarnya.

DeLaurentis juga menambahkan bahwa sanksi saat ini serta proposal untuk menyiapkan sanksi baru merupakan tanggapan langsung atas tindakan agresif Korea Utara mengenai peluncuran rudalnya.

AS juga sudah mencoba berulang kali untuk memulai pembicaraan, dan mengirim pesan publik dan pribadi dengan Pyongyang, tetapi hal itu belum mendapat tanggapan.

Selain itu, China dan Rusia juga telah memperingatkan bahwa Korea Utara sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir ke tujuh. Pihak AS yang mendengar hal itu menanggapi bahwa mereka akan mendorong sanksi PBB yang lebih berat jika hal itu terjadi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya