Mayat-mayat Berserakan Masih Ditemukan di Kota Hancur Mariupol
- AP Photo/Evgeniy Maloletka, File
VIVA – Para pekerja masih menarik sejumlah mayat dari bangunan yang hancur lebur seperti tanpa akhir di Kota Mariupol pada Rabu 8 Juni 2022. Selain banyak korban tewas berjatuhan, kekhawatiran krisis pangan global juga menghantui karena ketidakmampuan Ukraina untuk mengekspor jutaan ton biji-bijian.
Pada saat yang sama, pasukan Ukraina dan Rusia berjuang keras untuk menguasai Sievierodonetsk, sebuah kota yang muncul sebagai kampanye penggilingan Moskow, untuk merebut jantung industri Ukraina timur, yang dikenal sebagai Donbas.
Melansir dari AP, Kamis 9 Juni 2022, di banyak gedung Mariupol, para pekerja menemukan masing-masing 50 hingga 100 mayat, menurut seorang wali kota di kota pelabuhan yang dikuasai Rusia itu.
Baca juga: Serangan Roket Rusia: Wanita Ukraina Kehilangan Kaki, Tangan dan Bayi
Wali kota Petro Andryushchenko mengatakan lewat Telegram bahwa mayat di Mariupol seperti kematian tanpa akhir. Setidaknya ada 21.000 warga sipil Mariupol tewas karena pengepungan Rusia selama berminggu-minggu.
Konsekuensi perang juga dirasakan di luar Eropa Timur karena pengiriman biji-bijian Ukraina tidak bisa di impor sehingga menaikan harga pangan.
Ukraina yang dikenal sebagai keranjang roti Eropa adalah salah satu pengekspor jagung, gandum, dan minyak bunga matahari terbesar di dunia. Tetapi sebagian besar dari aliran itu telah dihentikan oleh perang dan blokade Rusia di pantai Laut Hitam Ukraina.
Diperkirakan 22 juta ton biji-bijian tersisa di Ukraina. Kegagalan untuk mengirimkan pasokan bahan makanan tersebut dapat membahayakan pasokan makanan di banyak negara berkembang, terutama di Afrika.
Rusia baru-baru ini membawa angin segar dengan menyatakan dukungannya pada hari Rabu, untuk menciptakan koridor yang aman di laut, yang akan memungkinkan Ukraina melanjutkan pengiriman biji-bijian.
Namun rencana tersebut juga disertai permintaan Rusia yang menyerukan Ukraina untuk menghapus ranjau dari perairan dekat pelabuhan Laut Hitam Odesa.
Sementara permintaan Rusia membawa ketakutan tersendiri bagi Ukraina pasalnya jika membersihkan ranjau maka bisa saja Rusia menyerang pantai Ukraina.