Xinjiang Catatkan Tingkat Pemenjaraan Tertinggi di Dunia

Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, belajar menjahit pakaian, Jumat, 3 januari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Irfan Ilmie

VIVA – Satu dari 25 penduduk Konasheher di Provinsi Xinjiang, China, tercatat mendekam di penjara. Wilayah bermayoritaskan etnis Uighur itu memiliki tingkat pemenjaraan tertinggi di dunia, menurut dokumen yang bocor ke media.

Impor Ilegal Dituding Jadi Biang Kerok PHK Ratusan Ribu Buruh Tekstil, Wamenaker Buka Suara

Dokumen rahasia pemerintah China yang sudah diverifikasi oleh Associated Press mencantumkan lebih dari 10.000 nama narapidana Uighur di Konashesher, satu dari belasan distrik di Provinsi Xinjiang. Daftar tersebut merupakan bukti terbaru langkah Beijing memenjarakan sekitar satu juta etnis minoritas, seperti yang dituduhkan organisasi HAM internasional.

VIVA Militer: Tindakan represif militer China terhadap etnis Muslim Uighur

Photo :
  • Amnesty International
Film Indonesia Mencuri Perhatian di Hainan Island International Film Festival di China

Sejak lama warga eksil Uighur dan organisasi HAM menuduh China menggunakan metode pemenjaraan sistematis untuk meredam separatisme di provinsi terluarnya itu. China mengklaim melancarkan perang melawan teror untuk menumpas pemberontakan etnis di Xinjiang. 

Beijing sempat mengumumkan penutupan sementara apa yang disebutnya sebagai kamp re-edukasi pada 2019 silam. Langkah itu diambil menyusul tekanan dunia internasional yang dibarengi ancaman sanksi ekonomi.

China Tegas Desak Israel Stop Ekspansi di Dataran Tinggi Golan Milik Suriah

Namun begitu, hingga kini diperkirakan ribuan warga masih mendekam di kamp-kamp tersebut, kebanyakaan dengan dakwaan terorisme.  

Dunia internasional telah berkali-kali mengeritik China karena mendirikan sejumlah fasilitas yang digambarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tempat penahanan, di mana lebih sejuta warga Uighur dan warga muslim lainnya ditempatkan. Beijing menyatakan, langkah itu harus diambil untuk mengatasi ancaman dari militan Islam.

Pemerintah China sejak lama dituduh ingin menghilangkan identitas Uighur demi mencegah dorongan separatisme. Namun, hal ini dibantah juru bicara pemerintah Xinjiang, Elijan Anayat. "Kami tidak akan pernah membidik pemeluk agama atau kelompok etnis tertentu, apalagi Uighur,” katanya. 

China mengklaim melancarkan perang melawan teror untuk menumpas pemberontakan etnis di Xinjiang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya