Ratusan Mahasiswa di China Protes Kampus dan Pemerintah, Jarang-jarang
- AP Photo/Ng Han Guan)
VIVA – Otoritas di Universitas Beijing, China telah mundur dari rencana memperketat pembatasan terhadap mahasiswa sebagai bagian dari strategi nol COVID-19 setelah protes akhir pekan dari sejumlah mahasiswa di China.
Mahasiswa pascasarjana di Universitas Peking diketahui mengadakan protes pada Minggu 15 Mei 2022, atas keputusan universitas untuk mendirikan dinding penghalang dari lembaran logam untuk mengantisipasi massa. Menurut mahasiswa, kebijakan tersebut akan membuat mereka lebih diasingkan di kampus padahal di sisi lain para pejabat di fakultas bisa datang dan pergi dengan bebas. Hal ini bak diskriminasi.
Melansir dari AP, Rabu 18 Mei 2022, ketidakpuasan telah memuncak di kalangan mahasiswa China atas peraturan pemerintah yang melarang mereka memesan makanan atau menerima tamu. Aturan itu juga mengharuskan mereka untuk melakukan tes COVID-19 setiap hari.
Penguncian di wilayah Shanghai di seluruh kota dan pembatasan yang diperluas Beijing dalam beberapa pekan terakhir telah menimbulkan pertanyaan mengenai biaya ekonomi dan manusia dari kontrol virus yang ketat di China.
Sementara itu banyak orang yang menggerutu secara pribadi maupun online, beberapa penduduk Shanghai juga bentrok dengan polisi, sukarelawan, dan yang lainnya karena mencoba memberlakukan penguncian dan membawa orang yang terpapar COVID-19 ke pusat karantina.
Banyak dari mahasiswa Universitas Peking yang memprotes kebijakan pemerintah di luar asrama. Selain itu, Chen Baojian sebagai Wakil Sekretaris Komite Partai Komunis universitas juga memperingatkan mahasiswa melalui megafon untuk mengakhiri protes. Melihat Baojian yang berbicara, para mahasiswa justru mengeluarkan ponsel mereka dan membuat video.
“Tolong letakkan ponsel anda, lindungi Universitas Peking,” kata Baojian.
Lontaran Baojian tersebut mendapatkan balasan dari salah satu mahasiswa Universitas Peking.
“Apa itu perlindungan? Bagaimana dengan hak dan kepentingan kita,” ujar salah seorang mahasiswa itu.
Kerumunan yang berjumlah sekitar 200 orang bertepuk tangan dan bersorak ketika mereka berhasil menerobos penghalang logam yang berada di belakang Baojian.
Video yang diambil di tempat kejadian dibagikan melalui media sosial tetapi hal itu dengan cepat dihapus oleh sensor pemerintah. Beberapa komentar yang mendukung aksi tersebut tetap ada namun banyak juga yang dihapus. Sementara beberapa video lainnya masih beredar di Twitter.
Diketahui aksi massa adalah hal yang jarang terjadi di China. Negara dengan aliran politik Komunis itu juga banyak dikritik internasional karena mengekang kebebasan berpendapat. Namun demonstrasi mahasiswa yang relatif tak banyak massanya itu kemudian akhirnya tersebar di media sosial.