Komisi AS: Taliban Terus Aniaya Umat Beragama Lain di Afghanistan
- ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/aww
VIVA – Husain Andaryas seorang pejuang agama dalam perang melawan tentara Uni Soviet, yang menyerang Afghanistan pada awal 1980-an, adalah pemeluk agama Kristen. Husain sendiri sebelumnya bukanlah seorang Kristiani, tetapi setahun setelah Uni Soviet pergi dari Afghanistan, dia memutuskan untuk memeluk agama Kristen.
Selama sembilan tahun berikutnya, Husain mengembara di beberapa negara regional, dia mengalami siksaan, dan akhirnya ditawari pekerjaan di sebuah gereja di Virginia yang memungkinkan dirinya berimigrasi ke Amerika Serikat (AS). Husain sekarang menjalankan siaran langsung setiap hari melalui Youtube dan Facebook miliknya untuk menyebarkan Kekristenan.
“Kami memiliki sebuah gereja Afghanistan di sini, di Tennesa yang beranggotakan 15 anggota. Dan kami memiliki gereja-gereja Afghanistan lainnya yang lebih besar di Kentucky, Los Angeles dan di tempat lain,” kata Husain, dikutip dari VOA, Selasa 17 Mei 2022.
Dia mengatakan banyak warga Afghanistan yang rajin ke gereja dan bermukim kembali di AS setelah Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan tahun lalu. Bulan lalu, Komisi AS untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF) meminta Departemen Luar Negeri AS untuk menunjuk pemerintahan de facto Taliban sebagai negara yang menjadi perhatian khusus.
Penunjukan itu menghasilkan sanksi keuangan dan perjalanan lebih lanjut terhadap pejabat Taliban.
“Laporan menunjukan bahwa Taliban terus menganiaya minoritas agama dan menghukum penduduk di daerah-daerah di bawah kendali mereka sesuai dengan interpretasi ekstrem mereka terhadap hukum Islam,” kata USCIRF dalam sebuah laporan.
Lebih dari 85 persen dari 38 juta penduduk Afghanistan adalah Muslim Sunni, sekitar 12 persen adalah Muslim Syiah, dan sejumlah kecil minoritas agama lain seperti Sikh, hindu, dan lainnya tinggal di sana.
Di tengah kekhawatiran yang meluas tentang serangan sistemik dan terarah oleh ISIS Cabang Khorasan terhadap umat Syiah, Sikh, dan Hindu, International Christian Concern (ICC) mengatakan orang Kristen Afghanistan sangat terancam. ICC sendiri merupakan organisasi non-pemerintah yang berbasis di AS.
“ICC berkomunikasi langsung dengan sejumlah keluarga yang saat ini bersembunyi dari Taliban. Beberapa berada dalam situasi yang cukup serius, dengan Taliban melakukan penyisiran di seluruh lingkungan atau distrik,” kata Claire Evans, manajer program Timur Tengah ICC.
Sekitar pada bulan September tahun lalu, ratusan umat Sikh dan Hindu Afghanistan yang ketakutan juga meninggalkan negara itu. Komunitas yang dulunya berkembang pesat dengan sekitar 250.000 individu, kini dilaporkan tersisa kurang dari 300 orang Sikh dan Hindu di Afghanistan.
Tidak ada data resmi mengenai umat Kristen di Afghanistan, tetapi USCIRF mengutip dari ICC ada 10.000 hingga 12.000 pemeluk agama Kristen di negara Muslim itu.
“Mereka sangat ketakutan dan menjadi sasaran berat Taliban. Jika mereka tertangkap, hidup mereka dan orang-orang yang mereka cintai dalam bahaya,” ujar Evans tentang orang-orang Kristen di Afghanistan.