Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di AS Melonjak Hingga 19 Ribu Kasus

Pistol/Ilustrasi.
Sumber :
  • guns.com

VIVA – Jumlah kematian akibat senjata di Amerika Serikat (AS), mengalami peningkatan bersejarah pada 2020. Hal ini bisa saja disebabkan oleh efek pandemi COVID-19 dan kemiskinan, menurut sebuah laporan otoritas kesehatan yang diterbitkan pada Selasa 10 Mei 2022.

Kunjungan ke AS, Prabowo Kenalkan Menlu Sugiono dan Seskab Mayor Teddy ke Joe Biden

AS mencatat ada 19.350 kasus pembunuhan dengan senjata api pada 2020, angka tersebut naik sekitar 35 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Selain itu, kasus bunuh diri dengan senjata api tercatat sebanyak 24.245, angka tersebut juga naik 1,5 persen, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dalam laporannya.

CDC menganggap pembunuhan dan bunuh diri dengan senjata api merupakan masalah kesehatan masyarakat AS yang terus-menerus terjadi dan signifikan.

Profesor Politik Analisis Makna Penting di Balik Rute Perjalanan Luar Negeri Prabowo

Melansir dari The Sundaily, Rabu 11 Mei 2022, tingkat pembunuhan senjata api mencapai 6,1 persen per 100.000 penduduk pada 2020, hal ini merupakan yang tertinggi selama lebih dari 25 tahun. Pembunuhan yang melibatkan senjata juga meningkat terutama di kalangan pria, remaja dan dewasa muda, serta di komunitas Afrika-Amerika dan penduduk aslu Amerika, menurut CDC.

Pembunuhan meningkat ke angka paling tinggi di negara-negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dan populasi etnis minoritas yang besar. Orang-orang juga lebih sering meninggal karena bunuh diri di daerah miskin, non-metropolitan, dan pedesaan.

Lawatan Prabowo ke AS dan Cina Disambut Baik, Pengamat: Sinyal Penghormatan Terhadap RI

“Salah satu penjelasan yang mungkin adalah stresor terkait dengan pandemi COVID-19 yang bisa berperan dalam peningkatan tersebut,” kata Tom Simons, pakar pencegahan kekerasan di CDC.

“Ini termasuk perubahan dan gangguan pada layanan dan pendidikan, isolasi sosial, tekanan ekonomi seperti kehilangan pekerjaan, ketidakstabilan perumahan, dan kesulitan menutupi pengeluaran sehari-hari,” tambahnya.

Laporan CDC juga mencatat bahwa risiko kekerasan terkait dengan ketidaksetaraan sistemik yang sudah berlangsung lama, dan rasisme struktural di negara tersebut.

Laporan tersebut merujuk pada ketegangan masyarakat dan penegak hukum, mencatat adanya gelombang protes pada 2020 setelah kematian George Floyd, lonjakan pembelian senjata, dan peningkatan jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga.

“Kematian akibat senjata api dapat dicegah, bukan tidak dapat dihindari, kami merekomendasikan pendekatan komprehensif yang berfokus pada pengurangan ketidakadilan,” kata Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Cedera Nasional CDC, Debra Houry.

Dia menambahkan bahwa pekerjaan yang menjanjikan dapat mengurangi ketegangan di lingkungan dengan tingkat kejahatan yang tinggi. Selain itu, perlunya program mediasi di beberapa rumah sakit untuk membantu orang-orang muda yang terluka di jalanan, dan pekerjaan program pencegahan bunuh diri.

Houry juga mencatat adanya kebutuhan faktor ekonomi dengan menawarkan bantuan perumahan atau kredit pajak, dan memastikan upah layak huni untuk mengangkat keluarga yang kurang beruntung keluar dari kemiskinan.

Jalan lain yang sedang dijajaki adalah peran memperbaiki lingkungan dengan menciptakan ruang terbuka hijau atau pembersihan tempat pembuangan sampah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya