Le Pen Klaim Kemenangan Meski Kalah dalam Pilpres Prancis
- Ludovic Marin, Pool via AP
VIVA – Kandidat Presiden dari sayap kanan Marine Le Pen mengklaim kemenangan atas tingkat partisipasi pemilih tertinggi dirinya dalam pilpres Prancis tahun ini, meskipun dia kalah melawan Presiden petahanan Emmanuel Macron.
Le Pen yang dalam upaya ketiganya untuk memenangkan kursi kepresidenan Prancis, menerima 42 persen suara, dibandingkan dengan Macron yang mendapatkan 58 persen suara. Hal ini menandai tingkat dukungan tertinggi yang pernah diterima partai Rally Nasional dalam pemilihan.
Dalam mengakui kekalahannya, Le Pen justru mencatat bahwa pemilihan mewakili sebuah kemenangan besar.
“Jutaan rekan kami telah memilih kubu nasional,” kata Le Pen, menurut laporan Politico, dikutip dari Newsweek, Senin 25 April 2022.
Dalam pemilihan sebelumnya pada 2017 lalu, Le Pen hanya mendapatkan 34 persen suara, dibandingkan dengan Macron yang memenangkan 66 persen suara. Sementara itu, tahun-tahun sebelumnya pada 2002, ayah Le Pen hanya memperoleh 18 persen suara, dan partai tersebut gagal maju dalam pemungutan suara putaran kedua di tahun lainnya.
Dalam meraih banyak suara, Le Pen berkampanye bahwa dia berjanji untuk melemahkan hubungan Prancis dengan Uni Eropa dan NATO. Dia juga dituduh terlalu bersahabat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan jika dia memenangkan pemilu itu, kemungkinan akan mengubah respons Prancis secara keseluruhan terhadap perang.
Le Pen dan partainya juga mengambil tindakan tegas pada imigrasi, sebuah kecenderungan nasionalis yang dikecam oleh para kritikus sebagai tindakan rasis.
Dia juga mendengungkan kebijakan lainnya yang menargetkan Muslim, dan memberikan perlakuan istimewa kepada warga Prancis untuk pekerjaan dan tunjangan.