Kasus COVID-19 Shanghai Melandai Namun Pembatasan Diperketat

Petugas melakukan tes COVID-19 di rumah sakit sementara di Shanghai, China.
Sumber :
  • Chinatopix via AP

VIVA – Otoritas kota Shanghai, China, memperingatkan 25 juta penduduknya bahwa pembatasan COVID-19 akan terus diberlakukan, meskipun jumlah kasus terus menurun, Jumat 22 April 2022. Mereka mengatakan bahwa pemberantasan virus di permukiman akan dilakukan satu per satu, dan bahwa kehidupan akan segera kembali normal selama penduduk mematuhi aturan.

Menag Nasaruddin Berharap Peringatan Hari Ibu Jadi Penguatan Pemberdayaan bagi Perempuan

Namun, beberapa distrik di Shanghai memperketat pembatasan sosial. Bahkan di sejumlah permukiman yang sudah memenuhi kriteria untuk pelonggaran, para pejabatnya melarang penduduk meninggalkan rumah. Kondisi itu membuat frustrasi di tengah masyarakat yang telah menjalani isolasi berpekan-pekan.

Pasien COVID-19 istirahat di rumah sakit darurat di Shanghai, China.

Photo :
  • Chinatopix via AP
Malaysia Lanjutkan Pencarian Pesawat MH370

"Tujuan kami adalah mencapai nol kasus COVID di komunitas secepat mungkin," kata pemerintah, merujuk pada target menghilangkan penularan di luar kawasan karantina.

"Ini menjadi indikasi yang penting bahwa kami memenangi pertempuran besar dan sulit melawan epidemi ini… sehingga kami dapat kembali berproduksi dan hidup normal."

Mobil Tabrak Kerumunan Pasar Natal di Jerman, 2 Orang Tewas

Shanghai mengunci nyaris semua penduduknya di dalam rumah dari awal April setelah infeksi mulai melonjak. Penduduk mengalami kerugian ekonomi, terpisah dengan kerabat dan kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.

Pejabat kesehatan sebetulnya telah memberi harapan tentang kembalinya kehidupan normal saat mengatakan bahwa penularan telah dikendalikan. Namun, pejabat kota memupus harapan itu karena varian Omicron yang sangat menular terbukti sulit diberantas.

Shanghai pada Kamis malam mengumumkan putaran baru pencegahan dengan "sembilan langkah besar", termasuk tes massal di seluruh kota mulai Jumat, meminimalkan pergerakan manusia, dan mempercepat pemindahan pasien ke pusat karantina.

Sejumlah video beredar luas di media sosial China pekan ini tentang bus-bus penuh pasien yang menuju pusat karantina di luar Shanghai. Beberapa penduduk mengeluh perintah isolasi dikeluarkan secara massal tanpa pandang bulu demi kecepatan dan efisiensi, tanpa mempertimbangkan kondisi setiap orang.

Pemerintah kota mendesak masyarakat untuk mematuhi aturan yang ketat agar kemajuan yang sudah dicapai tidak sirna.

Warga mengantre untuk tes virus corona di luar rumah sakit di Shanghai, China

Photo :
  • Chinatopix via AP

Zhang Chen, seorang warga Shanghai (30), mengatakan kepada Reuters bahwa puteranya (4) dan neneknya (84) dibawa ke pusat karantina pada Minggu bersama kedua mertuanya. Dia khawatir kondisi buruk di fasilitas itu mempengaruhi kesehatan mereka.

Dia mengatakan makanan di sana kurang bergizi, sarapan hanya dua lembar roti; gedungnya berdebu dan hanya sebagian direnovasi; tak ada pancuran air; dan toiletnya sedikit. "Mereka pasien, bukan penjahat. Tapi di sini mereka seperti penjahat, dan dibawa untuk menderita," kata Zhang. (Ant/Antara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya