7 Fakta Dibalik Kedekatan Gus Dur dan Israel
- vstory
VIVA – Fakta dibalik kedekatan Gus Dur dan Israel. Presiden Keempat Indonesia Abdurrahman Wahid atau yang sering kita kenal dengan Gus Dur, diketahui sangat toleran, ia bahkan banyak dipuji banyak orang karena sikap toleransinya dan semangatnya memperjuangkan pluralisme.
Namun sikap Gus Dur ini membuat banyak cacian dari berbagai kalangan, Gus Dur pernah dicap sebagai Kyai liberal sekuler dan dianggap sebagai antek Israel, hal tersebut karena Gus Dur memiliki hubungan yang sangat spesial dengan Israel atau kedekatannya dengan kaum Yahudi.
Berikut beberapa fakta dibalik kedekatan Gus Dur dan Israel seperti dikutip dari Channel Youtube Data Fakta sebagai berikut:
1. Terpikat Yahudi
Sejarah awal mencatat kedekatan Gus Dur dengan Israel atau bangsa Yahudi, bukan saat dia ketika menjabat sebagai Presiden tetapi jauh sebelum itu, semasa ia melanjutkan pendidikannya di luar negeri, ia telah dibuat terikat oleh seorang Yahudi, ketika berkuliah di Bagdad, Irak.
Gus Dur mempunyai teman di kalangan Yahudi bernama Ranim, kawannya ini merupakan seorang jurnalis yang mencari penghasilan tambahan dengan bekerja di toko pakaian sebagai penerjemah, keduanya diketahui bekerja di toko itu dan hal tersebut membuat mereka berteman.
Melalui kawannya ini, Gus Dur mempelajari garis politik, budaya dan ekonomi Yahudi yang semakin ia penasaran dengan cara Yahudi dapat mempengaruhi elite Amerika Serikat, hal itu membuat Gus Dur Terpikat dan melihat Yahudi Israel sebagai kekuatan besar yang perlu di pertimbangkan.
2. Awal Kedekatan
Hubungan mesra dengan Yahudi bukan hanya pada kuliah saja, Gus Dur diketahui mulai dekat dengan Yahudi Israel diundang oleh pemerintah negara Israel, Pertemuan tersebut untuk menandatangani perjanjian damai antara Israel dan Yordania, buku dalam 'Damai Bersama Gus Dur' Djohan Effendi menuliskan "Pada saat berkunjung ke Israel Gus Dur juga bertemu dengan beberapa warga Israel".
Sejumlah masyarakat Israel atau beberapa kalangan Yahudi, orang Arab Muslim maupun Kristen Gus Dur tak lupa untuk menyapanya. seperti diungkapkan oleh Darek Mangka bahwa Israel dan Indonesia telah membuka komunikasi jauh sebelum Gus Dur berkunjung k Israel.
Hal tersebut memalu kunjungan tidak resmi Yitzhak Rabin ketika datang ke kediaman pribadi Presiden kedua Indonesia pada tahun 1992. kunjungan tersebut meminta jasa baik dari pemerintahan Indonesia sebagai pemimpin gerakan Non-Blok untuk menjembatani konflik Palestina dengan Israel.
3. Merasakan Hasrat Perdamaian
Seperti yang kita bahasa dalam poin sebelumnya Gus Dur sempat berinteraksi dengan berbagai kalangan Israel, pertemuan ini lah yang membuat Gus Dur merasakan hasrat perdamaian dari warga Israel tersebut bahkan beberapa warga Israel mengatakan kepada Gus Dur "Hanya mereka yang berada pada suasana perang yang dapat merasakan makna kata damai".
Setelah mendengarkan curahan hati masyarakat Israel tersebut, Gus Dur langsung tersentuh dan tergerak hati nuraninya untuk mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina dengan jujur dan adil.
4. Ingin Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel
Bukannya hanya sekedar membuka komunikasi dengan Pemerintah Israel, Gus Dur diketahui ingin membuka pintu selebar-lebarnya untuk diplomasi dengan Israel, Alasan dengan usulan ini karena ia menganggap Indonesia memiliki modal sebagai negara Muslim terbesar dan berpotensi akan memiliki suara yang bisa di dengar.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Ansyaad Mbai mantan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, ia menjelaskan masyarakat di era pemerintahan Gus Dur yang pada saat itu banyak terpengaruh oleh paham radikal hal itu menghalau keinginan Gus Dur.
Selain itu perbedaan agama antara Indonesia dan Israel membuat keinginan Gus Dur sulit tercapai, jika Indonesia ingin berperan membantu proses perdamaian antara Israel dan Palestina, tidaklah mungkin tanpa memiliki hubungan diplomasi dengan kedua belah pihak yang berkonflik.
latar belakang itulah yang membuat Gus Dur ingin membuka pintu diplomatik dengan Israel, hal juga di katakan oleh Djohan Effendi "Bahkan tidak hanya membuka diplomasi kemajuan bangsa Yahudi juga membuat Gus Dur ingin mengiring beberapa sarjana untuk belajar di Israel, beberapa hal yang perlu dipelajari dan ditiru seperti, politik, budaya dan ekonomi.
5. Dijegal Rakyat Sendiri
Berbeda dengan pemimpin mayoritas Islam lainnya, Gus Dur tidak segan menunjukan kedekatannya dengan Israel, oleh karena tindakan tersebut membuat Gus Dur dijegal oleh beberapa masyarakat, hubungan Gus Dur Israel dikatakan mengundang kontroversi dan ia juga bakal dianggap sebagai antek Yahudi.
Keterlibatan Gus Dur dengan paham Yahudi menyebabkan ia bereaksi kritis tentang pemahaman Yahudi, selama 30 tahun Gus Dur telah menentang paham anti-semit dan pengetahuan awam tentang Israel dan Yudaisme tak heran jika Gus Dur mendapatkan kritikan sebagai pro zionis dari Amien Rais yang waktu itu pemimpin Muhammadiyah, Gus Dur mendapatkan kritikan dari Menteri Luar Negeri.
6. Pimpin Pertemuan Holocaust
Keakraban dan kedekatan Gus Dur dengan bangsa Yahudi semakin dekat dan kental pada saat ia memimpin pertemuan Holocaust di Bali, konferensi di buat untuk meluruskan fakta Holocaust atau pembantaian kaum Yahudi selama perang dunia kedua, hal yang menarik dari Konferensi ini adalah tertutup dan dipimpin langsung oleh Gus Dur.
Selain itu Konferensi dipenuhi oleh sejumlah ulama, rabi, saksi-saksi Holocaust, wakil spiritual Hindu, Budha dan Katolik, pertemuan ini sebagai tandingan dari penyangkalan oleh Presiden Iran yaitu Mahmoud Ahmadinejad, Gus Dur yang sebelumnya pernah bertamu di museum Holocaust mengungkapkan "Walaupun Presiden Iran ini merupakan kawan baiknya, tetapi untuk persoalan tersebut ia keliru".
7. Penghargaan dari Bangsa Yahudi
Kedekatan Gus Dur dengan bangsa Yahudi semakin menguat, ketika mantan Presiden Indonesia keempat itu mendapatkan penghargaan dari pemerintah Israel, Gus Dur memperoleh penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, pemberi penghargaan itu merupakan dari LSM terkenal di Amerika Serikat untuk melindungi bangsa Yahudi Internasional.
Lembaga yang dibentuk tahun 1977 oleh Simon Wiesenthal ini merupakan pemburu penjahat perang Nazi dan pembuat dokumen kekejaman Nazi atas kaum Yahudi, lembaga tersebut memiliki kedekatan yang erat dengan Israel untuk membela bangsa Yahudi, bahkan mereka mengklaim memiliki 400 ribu kader di Amerika Serikat dan memiliki program mengajarkan toleransi serta anti terhadap dengan kekerasan.