Disebut Pro Vladimir Putin, Ini 7 Fakta Liga Arab
- REUTER/Mohammed Salem
VIVA – Disebut pro Presiden Rusia Vladimir Putin, Liga Arab mencuri perhatian dunia. Sikap Liga Arab atas invasi Rusia kepada Ukraina menjadi perbincangan global. Ini karena, Liga Arab tidak juga mengeluarkan pernyataan resmi terkait invasi itu. Liga Arab hanya menyampaikan beberapa kekhawatiran dan menawarkan jalur diplomatik. Terkait hal itu pun belum ada negara yang tergabung dalam Liga Arab memberikan sanksi kepada Rusia.
Sebagian besar dari negara-negara Liga Arab sejauh ini belum bisa memutuskan berada di pihak Rusia atau Ukraina. Pemerintahan Timur Tengah dan Afrika Utara sangat berhati-hati dalam menanggapi permasalahan Rusia. Pasalnya negara yang dipimpin oleh Vladimir putin itu merupakan pemasok utama gandum dan senjata ke kawasan Timur Tengan dan Afrika Utara. Sikap inilah yang memunculkan kabar Liga Arab mendukung Rusia.
Di luar kontroversi itu, bagaimana sejarah Liga Arab berdiri? Dengan perjanjian awal yang ditandatangani pada 22 Maret 1945 di Kairo, Liga Arab dibentuk untuk mempromosikan kemerdekaan, kedaulatan, dan kepentingan negara yang tergabung dalam keanggotaan Liga Arab.
Meskipun hubungan antara negara-negara Arab tidak selalu mulus, liga telah bertahan dan memperjuangkan penyebab identitas pan-Arab. Namun, meskipun Anda mungkin tahu bahwa ada 22 negara anggota dan bahkan mungkin dapat menyebutkan sebagian besar dari yang tergabung Liga Arab.
22 anggota Liga Arab pada tahun 2021 diantaranya Aljazair, Bahrain, Komoro, Djibouti, Mesir, Irak, Yordania, Kuwait, Lebanon, Libya, Mauritania, Maroko, Oman, Palestina, Qatar, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, Uni Emirat Arab, dan Yaman. Lima pengamat tersebut adalah Brazil, Eritrea, India, dan Venezuela.
Berikut beberapa fakta Liga Arab, seperti dikutip dari berbagai sumber sebagai berikut:
1. Pendiri Liga Arab
Mesir, Yordania, Lebanon, Irak, Suriah, Arab Saudi, dan Yaman merupakan negara pendiri Liga Arab. Ketujuh negara tersebut menandatangani perjanjian pada tahun 1945, sementara Yaman menyusul menandatangani setelah beberapa bulan. Pada tahun 1953, Libya menjadi negara pertama yang masuk ke Liga Arab.Kemudian Komoro dan Djibouti menjadi anggota terbaru, bergabung masing-masing pada tahun 1993 dan 1977.
2. Bahasa Arab, Menjadi Syarat Utama untuk Bergabung
Meskipun hampir semua yang tergabung merupakan negara dengan menggunakan bahasa Arab, terkecuali Lebanon, negara-negara Liga Arab juga memiliki mayoritas warga Muslim, liga disatukan oleh bahasa Arab dan bukan agama atau etnis. Identitas Arab rumit dan didefinisikan secara berbeda oleh orang yang berbeda, bahkan di dunia Arab, namun ada beberapa negara juga memiliki bahasa tambahan selain menggunakan bahasa Arab.
3. 4 Negara Pengamat Tidak Menggunakan Bahasa Arab
Selain 22 anggota Liga Arab, ada empat negara Brazil, Venezuela, India dan Eritrea ditunjuk sebagai negara pengamat. Brazil, Venezuela, dan India, keempat negara itu tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi. keempat negara itu menggunakan bahasa Arab hanya sedikit akan tetapi lebih menggunakan bahasa Inggris.
4. Ahmed Aboul Gheit Menjadi Sekretaris
Chedli Klibi dari Tunisia menjabat sebagai sekretaris jenderal liga keempat 1979-1990. Hanya delapan orang, semuanya laki-laki, yang menduduki posisi itu. Sekretaris jenderal saat ini, Ahmed Aboul Gheit, mulai menjabat pada Juli. Selain itu, enam dari tujuh sekretaris jenderal Mesir juga mantan menteri luar negeri Mesir.
5. Satu Negara Memiliki Satu Keputusan
Setiap negara Arab memiliki satu suara ketika keputusan dibuat. Namun, putusan hanya mengikat bagi negara yang memilihnya. Pada dasarnya, setiap negara secara teknis dapat memilih apakah akan mengikuti kerumunan atau melakukan hal sendiri.
6. Jika diGabungkan Liga Arab Memiliki Luas 14 Juta KM Persegi
Liga Arab mencakup wilayah sekitar 14 juta kilometer persegi. Itu lebih dari tiga kali ukuran Uni Eropa dan hampir 50 persen lebih besar dari Amerika Serikat. Pada 2014, ada sekitar 366 juta orang yang tinggal di Liga Arab.
7. Tiga Anggota Liga Arab diskors
Mesir merupakan negara pertama yang mendapatkan skor pada tahun 1979, hal itu karena bermasalah dengan Israel, kemudian setelah penandatanganan perjanjian perdamaian Mesir-Israel, Mesir pada tahun 1989 masuk kembali keanggotaan Liga Arab.
Libya ditangguhkan pada Februari 2011, setelah melakukan beberapa konflik di Libya, dan dipulihkan kembali pada Agustus 2011 dengan Dewan Transisi Nasional mewakili negara Libya, sementara anggota yang terakhir mendapatkan Skor adalah Suriah setelah melakukan perang saudara berlangsung di Suriah antara pemerintahan Bashar Assad dengan pendudukan Suriah, yang menilai pemerintahan Bashar Assad sudah melanggar norma-norma ajaran Islam.