Ramadhan Gencatan Senjata, Pemerintah Thailand-Pemberontak akan Damai?
- AP Photo/Apichart Weerawong
VIVA – Gencatan senjata antara pemerintah Thailand dan separatis bersenjata di ujung selatan Thailand akhirnya sepakat untuk membahas beberapa kekhawatiran inti pemberontak. Langkah tersebut disebut akan membawa harapan kemajuan menuju perdamaian abadi setelah bertahun-tahun buntu.
Kedua belah pihak nantinya bertemu untuk pertama kalinya sejak awal pandemi. Pertemuan tersebut telah diadakan di Malaysia pada 31 Maret dan 1 April 2022. Kedua belah pihak sepakat untuk menandai bulan suci Ramadhan dengan gencatan senjata informal yang berlangsung pada 3 April hingga 14 Mei 2022 mendatang.
Selain itu, mereka juga sepakat untuk membentuk tiga kelompok kerja bersama untuk mengurangi kekerasan, berkonsultasi dengan publik serta mencari solusi politik untuk konflik antara keduanya.
Separatis diketahui terus berupaya membuat negara merdeka di provinsi selatan Thailand yang mayoritas penduduknya beragama Buddha dan Muslim Melayu yang dahulu terdiri dari Kesultanan Patani ketika Inggris menyerahkan mereka kepada kerajaan Siam pada 1909.
Saat itu, lebih dari 7.300 orang tewas dalam kekerasan terkait pemberontakan yang mulai menyala pada 2004. Sejak saat itu, pembicaraan damai resmi dimulai sejak sembilan tahun kemudian.
“Jika ini menjadi Ramadhan yang damai, maka saya pikir itu akan membangun kepercayaan di kedua belah pihak,” kata pakar di Institut Studi Perdamaian Universitas Prince of Songka Thailand, Rungrawee Chalermsripinyorat.
“Jika mereka dapat mengaturnya, mereka mungkin akan merundingkan gencatan senjata yang lebih formal dan berjangka panjang dan bahkan akhirnya akan melanjutkan diskusi mengenai hal-hal substantif,” sambungnya dikutip dari VOA, Senin 18 April 2022.
Dia dan analisis lainnya mengatakan pekan lalu bahwa gencatan senjata itu meski lemah dan tidak memiliki pengawasan, namun tampaknya akan bertahan lama.
Pada Sabtu 16 April 2022, pemberontak yang berafiliasi dengan Organisasi Pembebasan Bersatu Patani mengaku bertanggung jawab atas pengeboman di Provinsi Pattani, yang menewaskan seorang warga sipil dan melukai tiga orang polisi.
Pemerintah Thailand mencapai kesepakatan Ramadan dengan Barisan Revolusi Nasional, sebuah kelompok pemberontak terbesar dan paling aktif di Thailand.
Rungrawee mengatakan pemerintah Thailand menyerah dengan pernyataannya bahwa BRN dan yang lainnya tidak lebih dari geng kriminal.
“Mereka mencoba mendelegitimasi orang-orang yang telah melakukan perlawanan bersenjata ini, jadi untuk menyatakan dengan jelas bahwa ini adalah masalah politik yang membutuhkan solusi politik, saya pikir ini adalah perubahan penting di pihak pemerintah,” ujarnya.