Dubes Sebut Ukraina Menjual Cerita Palsu Kejamnya Militer Rusia

Dubes Rusia untuk RI Lyudmila Vorobieva diwawancara di kediamannya, Jakarta
Sumber :
  • VIVA/M. Ali Wafa

VIVA – Invasi militer ke Ukraina sudah berlangsung lebih dari sebulan. Setelah invasi yang diumumkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, banyak warga Ukraina yang memilih untuk meninggalkan negaranya. Jutaan orang kini mengungsi ke negara-negara tetangga seperti ke Polandia.

Trump Janji Selesaikan Perang di Ukraina dan Palestina dengan Cara Ini

Putaran pembicaraan damai juga sudah dilakukan. Namun hal tersebut belum menemukan titik temu dari kedua negara. Pembicaraan damai yang berlangsung di Turki nampaknya tidak membawa perubahan banyak mengenai gencatan senjata.

Baru-baru ini, saat pasukan Rusia meninggalkan sekitar wilayah Kiev pada 3 April 2022. Namun pihak berwenang Ukraina menuduh Rusia telah melakukan pembunuhan kejam terhadap warga Bucha. Mayat sempat dilaporkan berserakan di mana-mana di Kota Bucha. Bahkan Ukraina menggambarkan kejadian tersebut seperti adegan film horor.

Terlalu Banyak Kontroversi, Popularitas Netanyahu Menurun di Israel

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobyeva saat diwawancarai oleh VIVA menyampaikan bahwa pasukan Rusia tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan kepada pihaknya. 

“Jadi ini bukan perang, ini adalah operasi militer khusus yang memiliki target yang ditentukan dengan sangat baik. Dan saya ingin menekankan, kami hanya menargetkan instalasi militer,” kata Lyudmila pada saat ditemui di kediamannya di Jakarta pada Selasa 5 April 2022.

Jalankan Misi Perdamaian Dunia, 7 Prajurit Wanita TNI Siap Operasikan Alat Berat hingga Angkat Cangkul di Afrika Tengah

Lebih lanjut, Dubes Rusia tersebut juga membantah semua kekejaman Rusia yang beredar kabarnya di Ukraina. Dia juga menjelaskan bahwa Rusia bahkan memberikan bantuan kemanusiaan pada warga sipil Ukraina, termasuk memberikan air minum.

“Kami melihat ada begitu banyak kepalsuan tentang cerita kekejaman Angkatan Bersenjata Rusia, itu tidak benar. Mutlak karena kami memikirkan operasi militer tersebut dengan sangat jelas, tanpa menyakiti siapa pun. Kami juga memberikan bantuan kemanusiaan di mana pun Angkatan Bersenjata kami datang,” tuturnya.

Dalam keterangannya, Lyudmila juga menekankan bahwa operasi militer yang dilakukan Rusia bukan bertujuan untuk menghancurkan, menduduki atau menggulingkan rezim di Ukraina yang dinilai terlalu pro Barat. Dubes tersebut menyatakan bahwa warga Ukraina dan Rusia sebenarnya punya kesamaan akar budaya yang tak bisa dipungkiri. Hal tersebut yang membuat banyak warga Ukraina justru merasa ada kedekatan dengan Rusia.

“Jadi tujuan operasi itu bukan untuk menghancurkan atau menduduki. Ini untuk melindungi orang-orang selama delapan tahun yang telah diserang terus-menerus (oleh neo-Nazi)," kata dia lagi.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya