Juara Kickboxing Dunia Maksym Kagal Tewas Melawan Tentara Rusia

Juara kickboxing dunia 2014 Maksym Kagal
Sumber :
  • Newsflash via Dailymail

VIVA – Juara kickboxing dunia asal Ukraina tewas saat berjuang di Kota Mariupol untuk mempertahankan kota itu dan melawan Rusia. Hal tersebut disampaikan secara langsung oleh pelatihnya. Maksym Kagal, pria berumur 30 tahun itu tewas saat bertempur melawan pasukan Rusia. Dia kala itu sebagai bagian dari unit Batalyon Azov Ukraina pada Jumat 25 Maret 2022.

Rusia Sebut Semua Pihak yang Terlibat Pembunuhan Jenderal Kirilov di Moskow Akan Dihukum

Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Facebook, pelatih Oleh Skirtab menyampaikan kabar dukacita meninggalnya sang juara dunia.

“Sayangnya, perang membutuhkan yang terbaik. Pada 25 Maret saat mempertahankan Kota Mariupol sebagai bagian dari Unit Pasukan Khusus Terpisah Azov, Maksym Kagal meninggal,” tulisnya.

Gila, Pasukan Rusia Bakar Muka Tentara Korut untuk Hilangkan Bukti

“Istirahatlahlah dengan damai dan tenang kami akan membalas dendammu,” lanjutnya sebagaimana dikutip dari The Sun, Selasa 29 Maret 2022.

Seorang pria berjalan melewati reruntuhan bangunan di kota Mariupol, Ukraina.

Photo :
  • AP Photo/Evgeniy Maloletka
Manuver Jenderal Kadyrov, Siap Kirim Pasukan Chechnya Dukung Pemberontak Suriah

Atlet kickboxing berbakat dari Kota Kremenchug dinobatkan sebagai juara dunia sebagai bagian dari tim ISKA pada 2014 lalu. Dia digambarkan oleh pelatihnya sebagai juara dunia pertama di antara orang dewasa di tim Ukraina. Pribadinya digambarkan sebagai orang yang jujur serta sopan.

Kematian Kagal terjadi pada hari yang sama dengan tewasnya 300 orang lainnya dalam pengeboman brutal di sebuah teate di kota di mana lebih dari 1.000 orang yang ketakutan berlindung untuk keselamatan.

Saat ini, Mariupol sedang diratakan oleh satu skuadron 25 pengebom Rusia yang terbang di atas kota setiap hari dengan 90 persen dari semua bangunan di kota tersebut rusak dan hancur.

Sekitar 14.000 tentara elite Rusia mengelilingi kota dengan banyak dari 400.000 penduduk terjebak tanpa listrik dan air untuk bertahan hidup. Mayat-mayat dilaporkan berserakan di jalan. Sementara yang lainnya sebagian sudah dikubur di kuburan massal karena pengeboman yang tak henti-hentinya membuat pemakaman tidak mungkin diadakan. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya