7 Negara Bangkrut Gagal Bayar Utang di Dunia

Mata Uang Asing Dollar Amerika
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Meskipun gagal bayar utang negara relatif jarang, negara-negara dapat dan secara berkala melakukan default atas utang negara mereka sendiri . Ini terjadi ketika pemerintah suatu negara tidak mampu atau tidak mau membayar kreditur. Argentina, Lebanon, dan Ukraina adalah beberapa di antara negara-negara yang telah gagal membayar utang mereka, dalam beberapa tahun terakhir.

Penyebab default dapat berkisar dari beban utang yang tinggi dan stagnasi ekonomi hingga ketidakstabilan politik atau krisis perbankan. Menentukan apa yang merupakan default bukanlah masalah sederhana. Kesalahan pembayaran dapat merupakan kegagalan teknis tanpa konsekuensi yang bertahan lama, sementara restrukturisasi utang yang menimbulkan kerugian besar pada pemegang obligasi dapat membuat default hukum tidak diperlukan.

Hadirnya pandemi Covid-19 semakin membuat ekonomi sejumlah negara jadi berantakan, termasuk Indonesia sendiri. Bahkan, sebelum merebaknya virus Covid-19 yang menimpa setiap negara, perekonomian Indonesia tidak stabil, sehingga harus menambah utang dengan jumlah yang tidaklah sedikit.

Namun, pada saat ini utang Indonesia nilainya semakin membengkak lantaran, diterpanya wabah virus Covid-19 yang menghantam perekonomian dari dua sisi yakni pasokan dan permintaan. Utang negara kita semakin menanjak dengan nilai yang nyaris mencapai level angka Rp 7.000 triliun. 

Sontak saja, karena hal tersebut menimbulkan kecemasan dari berbagai pihak, seharusnya pemerintah dapat belajar dari beberapa negara yang bangkrut karena terlilit utang. Lantas, negara apa sajakah itu? Daripada berlama-lama, simak selengkapnya berikut ini deretan negara bangkrut gagal bayar utang.

1. Yunani

Utang merupakan salah satu hal yang sangat krusial lantaran negara mengalami kebangkrutan karena tidak mampu membayarnya. Seperti salah satunya negara satu ini yang dikenal melahirkan budaya dunia barat yang diketahui bangkrut karena utang yang menumpuk dan membengkak. Melansir dari berbagai sumber, ternyata Yunani tidak mampu membayar utangnya yang sudah mencapai 183 miliar US Dollar atau sama dengan 1987 triliun rupiah  pada tahun 2012. 

Yunani dinotbakan sebagai negara yang bangkrut pada 2015 lalu, lantaran lonjakan utang yang mencapai senilai 360 miliar us dollar atau sebesar 5184 triliun rupiah. Sontak saja hal ini membuat jumlah tunawisma meningkat, jumlah orang miskin naik drastis dan meningkatnya pengangguran sebanyak 26,5 % pada 2014. Namun ternyata negara para dewa ini kembali muncul di pasar obl.
 
Pada 2020 Yunani telah menerbitkan obligasi bertenor 7 tahun, 10 tahun hingga 15 tahun. Dan tidak hanya itu, negara para dewa itu pun berhasil mendapatkan dana segar sebanyak 12 miliar. Diprediksi rasio utang Yunani adalah 188,8% dengan nilai utang 337 miliar euro.

Respons Ragnar Oratmangoen Soal Ole Romeny Bakal Geser Posisinya di Timnas Indonesia

2. Argentina

Ternyata negara sekelas Argentina pun pernah mengalami krisis ekonomi hingga merasakan bangkrut yang begitu banyak. Salah satu penyebabnya Argentinya menjadi negara bangkrut karena adanya kriris ekonomi yang merajalela.

Kabag Ops Polres Solok Selatan Tembak Kasat Reskrim, Tambang Galian C Jadi Pemicu?

Negara yang terkenal tempat asalnya pemain sepakbola, Lionlel Messi dinotbakan sebagai salah satu negara bangkrut gagal bayar utang negara sebanyak 100 miliar di Australia. Dengan bangkrutnya Argentina membuat beberapa dampakpun bermunculan. Mulai dari tingkat pengangguran yang melonjak sebanyak 25% dan terdapat Rp40.000 tunawisma baru yang hidupnya miris yaitu mengais sampah. Argentina gagal membayar utang ke kredita, situasi tersebut terjadi dari adanya kebijakan pemerintah yang menerapkan 1 US dollar senilai dengan satu peso Argentina. 

3. Venezuela

Rudal Storm Shadow Hantam Kursk, Jenderal Rusia Mati di Ruang Bawah Tanah

Antara September 2014 dan Januari 2015, ketiga perusahaan pemeringkat kredit utama menurunkan peringkat kredit Venezuela. Moody's mengutip jatuhnya harga bahan bakar sebagai faktor utama dalam penurunan peringkat. Hampir 94% pendapatan ekspor Venezuela berasal dari minyak. Akibatnya, risiko gagal bayar negara meningkat secara substansial karena harga bahan bakar turun. Minyak mentah naik dari rata-rata $88,42 per barel sepanjang tahun 2014 menjadi hanya $54,03 per barel pada bulan Desember 2014. Moody's memperkirakan bahwa neraca akun Venezuela akan bergeser dari surplus 2% dari PDB pada tahun 2014 menjadi defisit 2% dari PDB pada tahun 2015 Meskipun serangkaian penurunan peringkat, Presiden Bank Sentral Nelson Merentes menyatakan optimisme bahwa ekonomi Venezuela akan tumbuh pada tahun 2015.

Meskipun dikenal dengan sebuah negara yang kaya akan SDA, utang dan kebangkrutan berhasil melindas kejayaan ekonomi negara yang dahulunya sejahtera ini. Menurut berbagai sumber, banyak warganya yang memutuskan pindah negara dan negaranya mengalami keterpurukan. Kebanyakan dari mereka pindah ke Kolombia, Ekuador, Peru, Chili, Amerika Serikat dan Meksiko.

Turunnya ekspor minyak, utang melilit, salah mengambil kebijakan ekonomi, korupsi hingga inflasi yang naik tajam, buat negara ini harus meratapi kebangkrutannya. Kota ini diduga memiliki utang di sejumlah negara, mulai dari Cina dan Rusia. 

4. Ekuador

Negara ini harus merasakan pedihnya kebangkrutan. Negara eksportir pisang terbesar tersebut mudah bangkrut karena mewarisi banyak utang dair hasil korupsi pemerintahan di masa lalu. Ekuador mengalami depresi ekonomi. Standar kehidupan masyarakat di Ekuador pun berkurang. Ekuador tidak mau membayar utang 2008 karena pemerintah mengatakan utang headphone dari Amerika Serikat tidak bermoral.. Hal ini bukan karena tak mampu, melainkan Ekuador tak ingin membayar utang dengan sengaja.

Ekuador sebenarnya mampu untuk membayar utang yang mencapai US$10 miliar atau Rp144 triliun. Sementara, Ekuador mendapatkan pinjaman sebesar US$643 juta atau Rp9,25 triliun dari IMF pada 2020. Dana itu digunakan untuk biaya darurat dalam menangani Covid-19.

5. Jamaika

Jamaika pada saat itu menyederhanakan pengajuan pengembalian pajaknya, mereformasi insentif pajak, dan menerapkan pajak bisnis minimum. Menurut Moody's, membaiknya iklim usaha mendukung investasi swasta dan kepercayaan terhadap perekonomian.

Namun, beban utang Jamaika yang tinggi secara konsisten, ditambah dengan tingkat suku bunga yang tinggi, telah melemahkan peringkat kredit. Utang negara tetap di atas 140% dari PDB setiap tahun dari 2009 hingga 2014, ketika itu tertinggi ketiga dibandingkan dengan negara lain. Utang pemerintah turun sedikit tahun ini menjadi sekitar 133% dari PDB. Namun, ini masih lebih tinggi dari semua kecuali tiga negara lain.


6. Nauru

Juga dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan yang melimpah, namun kini harus mengalami negara yang miskin. Nauru dulu dikenal sebagai negara penghasil fosfat terbesar di dunia. Pada tahun 2022 Nauru tidak mampu membayar utang sebanyak 239 juta dollar Australia karena devaluasi mata uang negeri kanguru tersebut. 

7. Zimbabwe

Negara ini mengalami hiperinflasi. Harga semua barang melonjak, sehingga tak lagi terjangkau oleh masyarakat. Hal ini membuat uang menjadi tak berarti bagi masyarakat. Mereka lebih memilih sistem barter dalam membeli barang.

Zimbabwe tercatat sempat memiliki utang hingga US$4,5 miliar atau Rp64,8 triliun pada 2008. Hal ini sejalan dengan jumlah pengangguran di Zimbabwe yang naik hingga 80 persen.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya