Manuver Jet Tempur China Usir Pesawat Intai AS di Laut China Selatan
- US Navy
VIVA – Jet tempur China melakukan manuver berbahaya dengan berupaya mengusir pesawat intai maritim Poseidon P-8 milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang melakukan patroli di gugusan pulau Spratly di Laut China Selatan pada Minggu, 20 Maret 2022.
Diketahui, selama patroli, pesawat P-8A Poseidon berulang kali diperingatkan melalui pesan radio udara oleh militer China bahwa pesawat AS itu secara ilegal memasuki wilayah yang mereka klaim sebagai wilayah China dan memerintahkan pesawat itu untuk menjauh.
"China memiliki kedaulatan atas pulau-pulau Spratly, serta wilayah maritim di sekitarnya. Segera menjauh untuk menghindari salah penilaian," salah satu pesan radio mengatakan dengan ancaman terselubung dilansir AP, Senin, 21 Maret 2022.
Namun pesawat Angkatan Laut AS mengabaikan berbagai peringatan China dan terus melakukan pengintaian dalam momen singkat namun menegangkan yang disaksikan oleh dua jurnalis AP yang diundang ke pesawat.
"Kami adalah pesawat angkatan laut Amerika Serikat yang kebal dan berdaulat yang melakukan kegiatan militer yang sah di luar wilayah udara nasional negara pantai mana pun," ujar seorang pilot AS membalas melalui radio kepada China.
"Melaksanakan hak-hak ini dijamin oleh hukum internasional dan saya beroperasi dengan memperhatikan hak dan kewajiban semua negara," katanya.
Komandan Angkatan Laut Joel Martinez, yang memimpin kru P-8A Poseidon, mengatakan telah terjadi insiden ketika sebuah jet China terbang dekat dengan pesawat AS dalam manuver berbahaya di wilayah yang disengketakan.
"Awak pesawat AS dengan tenang mengingatkan China untuk mematuhi peraturan keselamatan penerbangan," katanya.
Dalam pantauan patroli maritim AS di gugusan pulau Spratly, terlihat China telah membangun pangkalan militer di gugusan tiga pulau buatan di wilayah yang disengketakan.
Saat P-8A Poseidon terbang serendah 15.000 kaki (4.500 meter) di dekat gugusan pulau yang diduduki China, beberapa tampak seperti kota kecil di layar monitor, dengan gedung bertingkat, gudang, hanggar, pelabuhan laut, landasan pacu dan bundaran putih.
Komandan Komando Indo-Pasifik AS Laksamana John C. Aquilino yang ikut dalam penerbangan mengatakan struktur bangunan China terlihat dari atas pesawat pengintai P-8A Poseidon AS yang terbang di gugusan pulau Spratly di Laut China Selatan.
Di dekat Fiery Cross, lebih dari 40 kapal yang tidak ditentukan terlihat tampaknya berlabuh.
Aquilino mengatakan pembangunan gudang rudal, hanggar pesawat, sistem radar dan fasilitas militer lainnya di Mischief Reef, Subi Reef dan Fiery Cross tampaknya telah selesai, tetapi masih harus dilihat apakah China akan melanjutkan pembangunan infrastruktur militer di daerah lain.
"Fungsi pulau-pulau itu adalah untuk memperluas kemampuan ofensif RRT di luar pantai kontinental mereka," kata Laksamana Aquilino. "Mereka bisa menerbangkan pesawat tempur, pengebom, ditambah semua kemampuan ofensif sistem rudal (dari pulau tersebut),"
Dia mengatakan setiap pesawat militer dan sipil yang terbang di atas perairan yang disengketakan dapat dengan mudah masuk ke dalam jangkauan sistem rudal pulau-pulau China.
"Jadi itu ancaman yang ada, makanya sangat memprihatinkan untuk militerisasi pulau-pulau ini," katanya. "Mereka mengancam semua negara yang beroperasi di sekitarnya dan semua laut dan wilayah udara internasional,"
Tidak ada komentar langsung dari pejabat China terkait aktivitas militer di pulau Spartly di Laut China Selatan.
Beijing diketahui mempertahankan profil militernya murni defensif, diatur untuk melindungi apa yang diklaimnya sebagai kedaulatannya. Tetapi setelah bertahun-tahun meningkatkan pengeluaran militer, China sekarang menawarkan anggaran pertahanan terbesar kedua di dunia setelah AS dan dengan cepat memodernisasi kekuatannya dengan sistem senjata termasuk pesawat tempur siluman J-20, rudal hipersonik dan dua kapal induk, dengan yang ketiga sedang dibangun.