Keamanan Terancam, Australia Tambah Sepertiga Personel Pertahanan

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison.
Sumber :
  • Twitter/ScottMorrisonMP

VIVA – Australia akan menghabiskan sekitar 38 miliar dolar Australia (Rp392,77 triliun) hingga 2040 untuk menambah personel aktif pertahanannya sebanyak sepertiga.

Penambahan itu dilakukan untuk menjaga negara itu tetap aman "dalam lingkungan global yang semakin tidak pasti", kata Perdana Menteri Scott Morrison pada Kamis 10 Maret 2022.

Australia telah meningkatkan belanja pertahanannya selama beberapa tahun terakhir karena China berupaya memperkuat keberadaannya di kawasan Indo-Pasifik. Tahun lalu, Australia menandatangani kesepakatan untuk membeli kapal selam nuklir dari Amerika Serikat dan Inggris.

"Ini adalah investasi yang signifikan dalam kekuatan masa depan kami," kata Morrison saat konferensi pers pada Kamis.

VIVA Militer: Armada tempur Amerika Serikat dan Australia di Laut Filipina

Photo :
  • Japan Today

Rencana penambahan itu akan membuat jumlah personel pertahanan meningkat menjadi 80.000, terbanyak sejak Perang Vietnam.

Morrison, yang berada di posisi bawah dalam jajak-jajak pendapat di tahun pemilihan, telah menjadikan keamanan nasional sebagai masalah inti. Dia telah menyerang oposisi Partai Buruh sebagai "lunak" terhadap China, yang dipandang oleh dua pertiga warga Australia lebih sebagai ancaman keamanan ketimbang mitra ekonomi.

Pemimpin Oposisi Anthony Albanese dalam pidatonya pada Kamis mengatakan kepentingan keamanan nasional Australia harus "diutamakan di tengah perpecahan parpol".

Dia dengan tajam mengkritik China karena menawarkan bantuan, bukan sanksi, kepada Rusia yang memerangi Ukraina. Sikap itu sehaluan dengan koalisi pemerintahan Morrison.

China: Veto AS atas Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gaza Tunjukkan Standar Ganda

Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton di Washington, Amerika Serikat.

Photo :
  • ANTARA/Reuters

Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton, mengatakan sangat penting untuk melengkapi kemampuan pertahanan Australia untuk menjadikannya "mitra yang kredibel" dengan Amerika Serikat, Inggris dan NATO.

Rudal Storm Shadow Hantam Kursk, Jenderal Rusia Mati di Ruang Bawah Tanah

"Jika kita ingin mengandalkan mereka, mereka harus mengandalkan kita," kata Dutton kepada wartawan.

Pekan lalu, para pemimpin kelompok negara Quad-- Amerika Serikat, India, Australia dan Jepang --sepakat bahwa apa yang terjadi di Ukraina tidak boleh dibiarkan terjadi di Indo-Pasifik, di tengah kekhawatiran tentang Taiwan, sebuah pulau yang diklaim oleh China.

Eks Panglima Tempur Ukraina: Perang Dunia III Telah Dimulai!

"Jika orang berpikir bahwa ambisi di Indo-Pasifik terbatas hanya untuk Taiwan dan bahwa tidak akan ada dampak langsung jika kami tidak memberikan efek jera dan bekerja sama dengan rekan-rekan kami dan dengan sekutu kami, maka mereka tidak memahami pelajaran sejarah," kata Dutton, tanpa menyebut negara mana pun. (Ant/Antara)

VIVA Militer: Pasukan NATO di Eropa

Sabotase Meningkat, Petinggi Militer NATO Imbau Pebisnis Bersiap Hadapi "Skenario Perang"

Seorang petinggi militer NATO meminta para pebisnis bersiap menghadapi “skenario perang” dengan memindahkan lini produksi mereka ke negara asal.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024