Lawan Rusia: Anak-anak Muda Ukraina Terinspirasi Sumpah Pemuda RI
- bbc
Dari puluhan orang lulusan Program Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Taras Shevchenko, belum semua mendapatkan kesempatan untuk studi di Indonesia, sebagian terkendala pandemi Covid.
Bagi Yuliia, studi di Universitas Padjajaran Bandung selama enam bulan merupakan peluang baginya untuk melihat sisi lain dari Indonesia.
Dia mengatakan pada awalnya dia dan teman-temannya tertarik ke Indonesia dari sisi pariwisata.
"Tapi ada yang lebih dari pulau-pulau Indonesia yang jumlahnya lebih dari 17.000 itu. Ada sejarahnya, ada sastranya, ada budayanya," kata Yulia.
"Ada Bhineka Tunggal Ika. Ini yang paling saya hormati dari semuanya. Banyak suku, banyak bahasa yang berbeda, Jawa, Sunda, Bali, dan lain-lain, tapi tinggal damai dan tidak ada ada konflik apapun. Bisa tinggal bersama.
"Waktu saya ke Jakarta, ada Gereja Katolik (katedral) di seberang jalan Masjid Istiqlal. Saya pikir bagaimana itu bisa? Berbeda tapi satu, itu yang luar biasa."
Ia banyak tertawa saat menceritakan pengalamannya di Indonesia.
"Saya sangat suka gado-gado dan saya jatuh cinta sama masakan Sunda karena saya sempat tinggal di Bandung. Saya anak Bandung, saya sangat anak Bandung."
"Ketika di Bandung, setiap pagi, sudah tradisi, saya ke warung, beli bubur atau nasi kuning dan makan sambil jalan ke universitas," ceritanya tergelak.
"Pagi nasi, siang dan malam, nasi, nasi dan nasi, dan saya juga suka martabak, terus pisang coklat."
`Hati kami sakit tapi semangat kami tak dapat dirusak`