Putin 'Adolf Hitler' Abad 21 dan Narasi Perang Neo-Nazi Ukraina
- Twitter @mfa_russia
VIVA – Sebelum militer Rusia memulai invasinya ke Ukraina, perbandingan antara Presiden Rusia kontemporer Vladimir Putin dengan fuehrer era Nazi, Adollf Hitler mulai menjadi perbincangan dunia. Namun, apakah benar bahwa Putin adalah pemimpin yang kejam seperti Adolf Hitler?
Ketika kota-kota di Ukraina dihujani rudal dan mengakibatkan korban dari warga sipil, serta pengungsi yang melarikan diri ke perbatasan Polandia, Putin dituduh seperti mantan pemimpin Jerman, Adolf Hitler. Bahkan di media sosial, seperti Twitter sempat trending tagar yang menyebutkan #PutinHitler.
Menurut Jonathan Katz, seorang rekan senior Dana Marshall Jerman dan Direktur Inisiatif Demokrasi mengatakan Putin dalam abad ini setara dengan Hitler.
"Putin dalam abad ini setara dengan Hitler, dan ancaman yang dia ajukan ke Eropa, AS, dan keamanan global jauh melampaui konflik saat ini di Ukraina. Seperti Hitler, Putin telah mengumpulkan kekuatan yang tidak perlu dipertanyakan lagi di Rusia, menyapu bersih oposisi politik dengan sedikit atau tanpa pengawasan pada rezimnya dan pengguna kekuatan militer atau hibrida lainya untuk secara brutal mengukir dan secara ilegal menaklukan wilayah di negara-negara sekitarnya," kata Katz, dikutip dari VOA, Rabu 9 Maret 2022.
Katz juga memberi tahu bahwa Putin mencerminkan sifat Hitler yang dingin, penuh perhitungan, tidak menunjukan penyesalan, atau minat pada kesucian hidup manusia.
Katz yang sebelumnya memimpin program Eropa dan Eurasia Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (AS), dan bersama-sama memimpin satuan tugas trans-Atlantik di Ukraina, menambahkan Putin mirip dengan Hitler dan Nazi dalam kekuatan pembenaran.
"Putin juga menggunakan disinformasi, mengkambinghitamkan dan bahasa yang tidak manusiawi," ujar Katz.
"Tragisnya, apa yang disaksikan dunia saat ini membangkitkan ingatan akan serangan kilat Nazi. Untuk lebih jelasnya, tidak ada yang menuduh Vladimir Putin mempersiapkan kamp kematian dan kamar gas. Tetapi, kebrutalan militer Rusia dalam menyerang tetangganya yang damai, yang mencakup penargetan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil dan menghancurkan kota-kota, membangkitkan kenangan Nazi yang menyerang Uni Soviet Pada 1941," kata Rabbi Abraham Cooper, Dekan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah hak asasi manusia Yahudi kepada VOA.
"Perilaku, pernyataan, dan sikap Putin memberikan wawasan nyata tentang karakternya. Dia adalah Hitler abad ke-21," kata mantan Direktur Intelijen Nasional AS, James Clapper.
Mantan politisi Ukraina, Svitlana Zalishchuk yang telah melarikan diri dari Kiev mengatakan bahwa Putin adalah seorang Hitler di zaman ini.
Situs web agregasi berita populer Drudge Report memimpin liputannya tentang invasi Rusia dengan judul “FUHRER 2022” dan gambar Putin yang diubah agar terlihat seperti Hitler.
Perbandingan Putin-Hitler bukanlah hal baru, pada 2014, setelah aneksasi Krimea oleh Rusia, Pangeran Charles dari Inggris secara luas dikecam karena mengatakan tindakan Putin sama seperti Hitler.
Hitler memegang kekuasaan di Jerman selama belasan tahun. Pasukannya mencaplok Austria dan Cekoslowakia, menduduki sembilan negara lain, termasuk Prancis dan menyerbunya tetapi tidak dapat menahan lima negara di Afrika utara.
Sebelum invasi skala penuh tahun ini, militer Putin menginvasi Georgia pada 2018. Enam tahun kemudian, mereka merebut Krimea dari Ukraina tanpa perlawanan, dan secara aktif mendukung separatis di wilayah Donbas, Ukraina.
Editor sekaligus penerbit The Editorial Board, John Stoehr mengatakan bahwa Putin adalah Hitler baru merupakan fakta yang tidak begitu penting.
"Saya tidak berpikir itu lebih penting daripada fakta bahwa pasukannya secara sewenang-wenang menembaki warga sipil, bahwa tentaranya menembak anak-anak dan bahwa dia tampaknya bertekad melakukannya ke Ukraina, seperti apa yang dilakukan Bashar al-Assad ke Suriah. Artinya pembunuhan masal terhadap orang-orang. Menanyakan apakah dia Hitler baru berarti mengakui prioritas yang terbalik, mundur, dan prolaps," kata Stoehr.
Narasi Neo-Nazi
Beberapa orang melihat ironi dalam komentar Putin yang mencoba membenarkan apa yang dia sebut sebagai operasi militer khusus. Mengklaim bahwa itu dimaksudkan untuk menyingkirkan Ukraina dari kendali neo-Nazi (denazifikasi). Padahal, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang terpilih secara demokratis berdarah Yahudi.
"Tujuan dari operasi ini adalah untuk melindungi orang-orang yang selama delapan tahun sekarang telah menghadapi penghinaan dan genosida yang dilakukan oleh rezim Kiev," katanya. "Untuk tujuan ini, kami akan berusaha untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, serta mengadili mereka yang melakukan banyak kejahatan berdarah terhadap warga sipil, termasuk terhadap warga Federasi Rusia,"
Kementerian Luar Negeri Rusia pekan lalu menuduh negara-negara Barat mengabaikan apa yang disebutnya kejahatan perang di Ukraina, dengan mengatakan sikap diam mereka telah mendorong timbulnya neo-Nazisme dan Russophobia. Utusan Rusia untuk PBB menegaskan bahwa mereka sedang melakukan operasi militer khusus melawan nasionalis untuk melindungi rakyat Donbass, memastikan denazifikasi dan demiliterisasi.
Dan, Putin menuduh "Banderites dan neo-Nazi" memasang senjata berat dan menggunakan perisai manusia di kota-kota Ukraina. Banderites adalah istilah yang digunakan - sering merendahkan - untuk menggambarkan pengikut pemimpin nasionalis Ukraina yang kontroversial Stepan Bandera, dan nasionalis Ukraina pada umumnya.
Invasi Rusia, dan narasi 'denazifikasi' Putin dianggap hanya sebagai dalih agar cepat menarik reaksi dari banyak pemimpin dunia. Faktanya, serangan militer Rusia jelas-jelas menghantam sebuah peringatan ke Babyn Yar - situs di mana Nazi membunuh puluhan ribu orang Yahudi selama Perang Dunia II.
Sontak akun Twitter resmi Ukraina memposting kartun Putin dan Adolf Hitler saling menatap dengan penuh kasih, menulis bahwa "Ini bukan 'meme,' tetapi realitas kami dan Anda saat ini." Museum Peringatan Holocaust AS, antara lain, mengatakan Putin salah menggambarkan dan menyalahgunakan sejarah Holocaust.
Para sejarawan menandatangani surat yang isinya mengutuk istilah genosida yang dilakukan Putin dengan mengaitkan memori Perang Dunia II dan Holocaust, dan menuduh rezim neo-Nazi di Ukraina untuk membenarkan agresi yang tidak beralasan.