Australia Kenang Kematian Pertama akibat COVID: Cerita Kapal Pesiar

- abc
Hal ini tergantung bagaimana kita mengukurnya.
Australia berhasil menjaga angka kematian sangat rendah selama hampir dua tahun.
Faktanya, dengan adanya lockdown dan kebijakan kesehatan masyarakat lainnya, Australia mencatatkan lebih sedikit kematian dari semua penyebab dibandingkan sebelum pandemi.
Analisis dari Biro Statistik Australia (ABS) ini menghitung berapa banyak orang yang diperkirakan meninggal setiap minggu, membandingkannya dengan berapa banyak orang yang benar-benar mati.
Setiap kematian di atas jumlah diharapkan selama dua minggu berturut-turut, disebut sebagai "kematian berlebih".
Garis biru adalah perkiraan jumlah kematian dari semua penyebab. Naik-turun setiap musim, memuncak pada akhir musim dingin.
Alasannya tak sepenuhnya dipahami oleh para ilmuwan, tetapi sebagian karena penyakit pernapasan lebih buruk dalam cuaca yang lebih dingin.
Mari kita lihat dampak buruk musim flu di tahun 2017.
Lonjakan besar pada garis merah muda di atas garis biru "kematian yang diperkirakan" disebabkan oleh flu yang membunuh banyak orang.
Menurut ABS, ada 1.566 kematian antara Juli dan September tahun itu, mungkin semuanya disebabkan oleh flu.
Tapi lihat saja apa yang terjadi tak lama setelah COVID pertama kali terdeteksi di Australia.
Dengan penerapan lockdown dan langkah kesehatan lainnya, tingkat kematian total menurun secara signifikan di bawah angka perkiraan untuk pertama kalinya sejak 2015.
Para ahli mengatakan bahwa kondisinya mungkin berbalik tahun ini.
Dengan angka 4.500 kematian akibat COVIDÂ dalam 12 bulan terakhir, kita kemungkinan akan melihat peningkatan angka kematian total pertama kalinya sejak musim flu yang mengerikan di tahun 2017.
Data ABS baru yang diperoleh ABC News menunjukkan beberapa puncak di atas perkiraan jumlah kematian dalam tiga minggu pada akhir 2021.
Namun karena tidak berurutan, menurut ABS, data tersebut tak memenuhi ambang batas untuk "kematian berlebih".
Menurut Profesor James Trauer dari Monash University, gelombang Omicron telah melewati puncaknya, dan gelombang selanjutnya kemungkinan tidak akan terlalu parah.
Namun, Profesor Brendan Crabb dari Burnet Institute menyebut jumlah kematian tahun ini kemungkinan akan tetap tinggi.
"Kita mencatat 40 atau lebih kematian setiap hari saat ini," katanya.