Saudi Bikin VR Haji di Metaverse, Diyanet Turki: Bukan Ibadah Nyata

Jemaah haji tahun 2021 mulai melaksanakan tawaf sebagai rangkaian dari haji
Sumber :
  • Reasahalharamain

VIVA – Presidensi Umum Urusan Dua Masjid Suci belum lama ini meluncurkan inisiatif realitas virtual yang memungkinkan umat Islam untuk menyentuh Hajar Aswad tanpa keluar rumah. Hajar Aswad adalah batu hitam yang berada di sudut tenggara Kabah. Setiap jamaah yang melaksanakan tawaf lazimnya mencium atau menyentuh Hajar Aswad sebagai sunnah Nabi. 

Dinamakan "Inisiatif Batu Hitam Virtual", teknologi VR baru akan membawa situs paling suci Islam ini ke ruang keluarga Muslim pada saat pandemi COVID-19. Seperti diketahui, pandemi COVID-19 telah menghambat pelaksanaan ibadah di Tanah Suci secara penuh, dengan pembatasan dan pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat oleh otoritas Arab Saudi. 

"Inisiatif ini memungkinkan umat Islam untuk merasakan Hajr Aswad secara virtual sebelum ziarah ke Makkah," kata pejabat Saudi dalam sebuah pernyataan saat mengumumkan inisiatif tersebut.

Proyek Inisiatif Batu Hitam Virtual ini direalisasikan oleh Badan Urusan Pameran dan Museum Arab Saudi, bekerja sama dengan Universitas Umm al-Qura, Makkah, Arab Saudi. 

Syekh Abdul Rahman al-Sudais, imam Masjidil Haram mencoba kacamata VR

Photo :
  • Haramain

Syekh Abdul Rahman al-Sudais, imam Masjidil Haram di Makkah, adalah orang pertama yang menjajal kecanggihan teknologi VR terbaru untuk beribadah di Masjidil Haram. Syekh Sudais memakai kacamata virtual reality saat meresmikan teknologi terbaru itu pada Desember 2021 lalu. 

Dalam teknologi VR itu, Hajar Aswad batu berdiameter 30 cm yang berada di salah satu sudut Ka'bah terlihat nyata. Dengan kacamata VR, jemaah dapat merasakan tawaf mengelilingi Ka'bah  ke bentuk metaverse atau dari dunia nyata ke alam virtual. 

Sudais mengatakan "Bahwa Arab Saudi memiliki situs keagamaan dan sejarah besar yang harus digitalkan dan dikomunikasikan kepada semua orang melalui sarana teknologi terbaru" ujarnya dilansir middleeasteye.

Jadi Penasihat Khusus Presiden, Muhadjir Effendy Sebut Prabowo Fokus Masalah Haji di Indonesia

Bukan Ibadah

Meski demikian, inisiatif tersebut menimbulkan kontroversi di antara beberapa Muslim di seluruh dunia yang mempertanyakan di media sosial apakah "haji di metaverse" dapat dianggap sebagai ibadah yang nyata.

Sempat Ditugasi Prabowo di Badan Haji, Afriansyah Noor Dampingi Babe Haikal Urus Produk Halal

Beberapa pengguna media sosial melihat penggunaan teknologi realitas virtual di tempat-tempat suci sebagai "merusak agama" dan "memainkan Syariah Tuhan".

Sementara yang lain bertanya-tanya apakah umat Islam akan melakukan tawaf saat umrah atau haji mengelilingi Ka'bah cukup hanya menggunakan kacamata VR dari rumah mereka, bukannya langsung pergi ke Makkah.

Presiden Prabowo Angkat Gus Irfan Hasyim Jadi Kepala Badan Penyelenggara Haji

"(Haji di metaverse) ini tidak dapat terjadi," Remzi Bircan, Direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Diyanet Turki seperti dilansir hurriyetdailynews, Selasa, 8 Februari 2022

"Orang-orang beriman dapat mengunjungi Ka'bah di metaverse, tetapi itu tidak akan pernah dianggap sebagai penyembahan yang nyata," katanya sembari menambahkan "Kaki orang harus menyentuh tanah,"

Syekh Abdul Rahman al-Sudais, imam Masjidil Haram mencoba kacamata VR

Photo :
  • FB Muslim Women

Menurut Bircan, haji harus dan akan dilakukan dengan pergi ke kota suci dalam kehidupan nyata. Dia mengatakan inisiatif Saudi mungkin diluncurkan untuk promosi. Sama halnya ketika berkeliling ke Museum Arkeologi di Istanbul.

"Seperti berkeliling museum dengan kacamata VR (Virtual Reality), orang Saudi memulai program perjalanan virtual ini untuk mempromosikan Ka'bah," ungkapnya

Abdullah T?rabzon, seorang akademisi dari Fakultas Teologi Universitas Istanbul, sependapat dengan Diyanet. "Virtual dan realitas tidak akan pernah bisa sama. Setelah Anda melakukan kunjungan virtual ke Ka'bah, Anda bukan peziarah atau umrah sejati," kata T?rabzon.

Dia juga mengatakan bahaya dan risiko metaverse dalam istilah agama.

"Jika seseorang muncul dengan gagasan 'haji di metaverse' hari ini, maka besok yang lain bisa terpental dengan gagasan salat di metaverse.' Ini semua adalah pemikiran yang kadaluwarsa," tegasnya

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya