Krisis Ukraina Memanas, 5 Hal Ini Bikin Vladimir Putin Marah Besar

Presiden Rusia, Vladimir Putin
Sumber :
  • Washington Times

VIVA – Secara gamblang, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa negaranya telah dicoba ditarik ke dalam perang di Ukraina oleh Amerika Serikat (AS). Ketegangan antara Rusia dan Ukraina terus terjadi dan meningkat ditambah lagi intervensi yang juga dilakukan oleh AS dalam ketegangan tersebut. 

Anggap Remeh Doktrin Nuklir Rusia, NATO: Enggak Ngaruh!

Hal tersebut dinilai oleh Putin bahwa AS justru menginginkan pembenaran agar sanksi yang lebih berat dapat dijatuhkan kepada Rusia dengan adanya konfrontasi dari negara yang dipimpin oleh Presiden Joe Biden itu.

Berikut ini hal-hal yang diinginkan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam ketegangan yang terjadi dengan Ukraina, mengutip dari Viva. 

Lusinan Jet Tempur F-16 Segera Perkuat Armada Perang Ukraina

Tidak ingin AS memanfaatkan situasi

Seperti yang diketahui bahwa Presiden Rusia Vladimir V. Putin sempat mendeklarasikan bahwa secara sengaja AS menyeret Rusia ke dalam perang di Ukraina dan mencoba memanfaatkan keadaan yang dimana dapat merugikan Rusia dengan sanksi lebih berat yang akan dijatuhkan. Selama ketegangan berlangsung AS dianggap terus memanas-manasi suasana. 

Drone Bunuh Diri Rusia Gempur Rumania, Perang dengan NATO Dimulai?

Selain itu, Putin juga menyampaikan apa peran AS sebenarnya dalam krisis Ukraina yang sedang terjadi. Ia mengatakan bahwa AS mengabaikan kekhawatiran Rusia jika Ukraina bergabung dalam pakta pertahanan NATO.

“Tampaknya bagi saya bahwa Amerika Serikat tidak begitu peduli tentang keamanan Ukraina. Tapi yang sebenarnya tujuannya adalah menahan perkembangan Rusia. Amerika menggunakan Ukraina untuk mencapai tujuan ini," kata Vladimir Putin.

Mengharapkan diplomasi terus berlanjut

Pada sebulan belakangan diketahui Vladimir V. Putin memang enggan memberikan tanggapannya. Namun baru-baru ini ternyata diplomasi diharapkan akan terus berlanjut oleh Putin. Tak hanya membahas mengenai diplomasi, Putin juga mengatakan bahwa Rusia saat ini menjadi korban ekspansionisme NATO dan bukan agresor atau negara penyerang. 

Tidak menginginkan Ukraina tergabung dengan NATO

Diketahui Rusia memang sudah sejak lama merasa keberatan dengan Ukraina karena dirasa terus-terusan melakukan pendekatan kepada institusi-institusi Eropa, terutama NATO. Maka dari itu, Rusia menginginkan Barat untuk berjanji bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO sebagai aliansi pertahanan mereka. 

“Bayangkan bahwa Ukraina adalah anggota NATO dan operasi militer (untuk merebut kembali Krimea) dimulai. Apakah kami harus bertarung dengan NATO? Pernahkah itu terpikirkan," tegas Putin.

Hal yang diinginkan Rusia dari NATO

Selain Rusia tidak menginginkan Ukraina untuk tergabung dalam anggota NATO, Rusia juga menginginkan agar NATO kembali ke perbatasannya di era sebelum 1997. Aktivitas militer NATO di Eropa Timur ingin diekspansi ke timur oleh Rusia dan mengakhirinya. Hal itu menandakan akan dilakukan penarikan terhadap unit-unit pertahanan dari Polandia dan republik-republik Baltik di Estonia, Latvia dan Lithuania. 

Misil juga tidak diperbolehkan untuk ditembakkan dari negara Polandia dan Rumania. Senjata nuklir juga diusulkan oleh Rusia dalam pakta perjanjian dengan AS untuk dilarang ditembakkan di luar wilayah nasionalnya.

Rusia tidak mengancam Ukraina

Tuduhan terhadap Rusia yang akan melakukan invasi kepada Ukraina ditampik oleh Rusia. Namun jika berdasarkan catatan sejarah, teritori Ukraina memang sudah pernah dikuasai oleh negara ini. Saat ini Rusia telah memiliki sekitar 100.000 tentara di perbatasan. 

Rusia juga bersikukuh menyatakan bahwa mereka tidak berencana untuk menyerang Ukraina. Akan tetapi ketegangan terus berlanjut dan Presiden Vladimir Putin memberikan ancaman "tindakan pembalasan militer-teknikal yang pantas" bila Barat masih terus melakukan pendekatan agresif.

VIVA Militer: Pasukan NATO di Eropa

Sabotase Meningkat, Petinggi Militer NATO Imbau Pebisnis Bersiap Hadapi "Skenario Perang"

Seorang petinggi militer NATO meminta para pebisnis bersiap menghadapi “skenario perang” dengan memindahkan lini produksi mereka ke negara asal.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024