Mengapa Massa Antikudeta Militer Myanmar Kini Memilih Jalan Kekerasan
- bbc
Pemerintahan bayangan digagas untuk menantang upaya junta, sekaligus meraih pengakuan internasional dan memperluas kepemimpinan oposisi dengan memasukkan lebih banyak etnik minoritas.
Namun karena anggotanya yang tersebar dan melarikan diri dari kejaran militer, pengaruh NUG terhadap kelompok perlawanan bersenjata yang muncul di seluruh Myanmar menjadi terbatas.
Milisi lokal ini menamakan diri Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF). Mereka menggunakan senjata rampasan, senjata rakitan, dan bahan peledak untuk menyerang konvoi militer. Mereka juga membunuh pejabat yang bekerja dengan junta militer.
Mereka tidak lagi berbicara banyak tentang protes damai. Beberapa dari pimpinan PDF memang mempertanyakan kepemimpinan otokratis Su Kyi yang cenderung ingin berdampingan dengan militer.
Mereka mengatakan tidak ada jalan kembali ke status quo.
George dan Frank adalah dua pemuda yang ambil bagian dalam protes anti-kudeta di dekat rumah mereka di Yangon. Kami tidak dapat menggunakan nama asli mereka.
George adalah seorang eksekutif bisnis. Sementara itu, Frank, seorang pemain gim video, bekerja di sebuah kafe.
Mereka sekarang menjadi pejuang sukarelawan PDF yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak.
Setelah menyaksikan orang-orang ditembak mati pada unjuk rasa yang mereka ikuti, Maret, 2021, dan menyadari bahwa tidak ada bantuan internasional yang datang, mereka memutuskan bahwa strategi non-kekerasan tidak berhasil.
"Sulit untuk mengetahui dari mana memulai perjuangan bersenjata kami. Kami adalah orang-orang biasa, tanpa pengalaman pelatihan militer," kata George.
Bagi para aktivis di Yangon, pilihan termudah adalah bergabung dengan salah satu kelompok pemberontak yang mapan di timur dari arah kota tersebut. Kelompok itu sudah memerangi pemerintah pusat selama beberapa dekade.