Mengapa Massa Antikudeta Militer Myanmar Kini Memilih Jalan Kekerasan
- bbc
"Mereka memblokir semua jalan keluar dari Hlaing Tharyar dan menembaki kami. Banyak orang meninggal, termasuk beberapa rekan kerja saya," kata dia.
"Pertama mereka mulai menembak dari tengah," tutur suami Moe Sandar Myint, Ko Aung. Dia berada di jalanan bersama para pengunjuk rasa saat itu.
"Kemudian tembakan datang dari samping dan dari belakang kami. Kami mencoba berlindung tetapi tidak ada perlindungan dari peluru," tutur Ko Aung.
Myanmar Witness, organisasi yang menggunakan satelit dan citra lainnya untuk memverifikasi dugaan pelanggaran hak asasi manusia, yakin bahwa sebanyak 80 orang meninggal dunia di Hlaing Tharyar pada peristiwa tersebut.
Mereka menggambarkan kejadian itu sebagai pembantaian dengan penembakan membabi buta oleh pasukan keamanan.
Video dari peristiwa itu menunjukkan polisi yang diposisikan di jembatan menghadap ke Hlaing Tharyar, dengan santai menembaki orang-orang di bawah mereka.
Setelah pasukan keamanan menggerebek rumahnya, Moe Sandar Myint tahu dia dan keluarganya harus meninggalkan Yangon.
Banyak peserta lain dalam euforia bulan pertama unjuk rasa itu juga telah melarikan diri. Beberapa dari mereka bergabung dengan aliansi bersenjata yang putus asa, meski tidak memiliki kekuatan yang setara untuk melawan junta militer.
Tidak kembali
Aung San Suu Kyi sejak itu menghilang dari pandangan publik. Dia harus menghadapi persidangan yang tertutup untuk umum.
Anggota parlemen dan pejabat dari partai yang dipimpin Suu Kyu lantas membentuk Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) pada April lalu.