Mengapa Massa Antikudeta Militer Myanmar Kini Memilih Jalan Kekerasan
![BBC Indonesia](https://thumb.viva.co.id/media/frontend/thumbs3/2022/02/01/61f944be65c45-myanmar-mengapa-pemrotes-anti-kudeta-militer-kini-memilih-jalan-kekerasan_665_374.jpg)
- bbc
Moe Sandar Myint memimpin unjuk rasa pertama yang diikuti banyak pekerja selama empat hari setelah kudeta.
Melarikan diri ke Thailand
Mereka yang turut dalam demonstrasi ini adalah bagian dari gerakan nasional melawan kekuasaan militer. Pada beberapa bulan pertama sejak kudeta, mereka memenuhi jalanan dengan unjuk rasa bernuansa karnaval.
"Saya khawatir rekan kerja saya tertembak", kata Moe Sandar Myint.
"Tapi begitu melihat partisipasi luar biasa dari banyak orang ketika kami turun ke jalanan, ketakutan saya itu sirna," ucapnya.
Moe Sandar Myint menjadi eksil di Thailand bersama suami dan tiga anaknya. Dia memulai masa pelarian itu setelah menempuh perjalanan yang melelahkan dari Yangon.
Dari kota terbesar di Myanmar itu, Moe Sandar Myint menuju ke kawasan perbatasan yang dilanda perang dan dikendalikan kelompok pemberontak berbasis etnik.
Dari situ mereka melakukan perjalanan malam menakutkan untuk melintasi perbatasan ke arah Thailand.
Titik balik situasi di Myanmar terjadi Maret 2021, ketika para pemimpin kudeta memerintahkan tentara melakukan apapun untuk menghentikan gerakan protes.
Bagi Moe Sandar Myint, kekerasan terjadi pada 14 Maret. Saat itu dia sudah tinggal jauh dari rumahnya untuk menghindari penangkapan.
Hlaing Tharyar, kawasan dengan populasi pekerja migran yang padat, memiliki reputasi sebagai lingkungan yang keras di Yangon. Penduduk wilayah ini telah membarikade jalan untuk mencegah aparat masuk.
"Saya bersama para pemimpin serikat lainnya merencanakan tindakan selanjutnya. Tiba-tiba kami mendengar militer datang, jadi kami bubar," ujarnya.