Setahun Kudeta militer Myanmar, Masyarakat Sipil Kini Angkat Senjata
- bbc
Seorang mantan pengusaha yang mengendalikan beberapa unit PDF di wilayah Sagaing, Myanmar tengah, mengatakan kepada BBC bahwa pertarungan ini sebetulnya tidak seimbang.
PDF memulai perjuangannya menggunakan ketapel, meskipun kini mereka juga membuat senapan dan bom rakitan.
Sedangkan militer bersenjata lengkap dengan daya tembak ke udara yang sering digunakan beberapa bulan terakhir. Mereka memperoleh senjata dari negara-negara yang secara terbuka mendukung junta, termasuk Rusia dan China.
Investigasi dari sumber terbuka oleh Myanmar Witness yang dibagikan kepada BBC mengkonfirmasi bahwa kendaraan lapis baja Rusia dikerahkan di Yangon beberapa minggu lalu.
Baca juga:
Ketika umat Islam dan Buddha di Myanmar bersatu menentang kudeta militer
Kota kecil di Myanmar yang berperang gigih melawan tentara
Korban penembakan maut aparat keamanan Myanmar: mulai dari remaja penyuka TikTok hingga pengemudi ojek
Sementara itu, kekuatan PDF berasal dari dukungan komunitas-komunitas lokal di lapangan. Perlawanan yang berawal pada tataran akar rumput ini telah menjadi lebih terorganisir, berani, dan keras.
Pemerintah Persatuan Nasional [NUG] yang kini diasingkan telah membantu mendirikan dan memimpin beberapa unit PDF, juga tetap berhubungan dengan yang lain secara informal.
PDF telah menduduki titik-titik pasukan pemerintah seperti kantor polisi dan pos-pos yang lemah. Mereka menyita senjata, membom bisnis-bisnis milik junta, termasuk menara telekomunikasi dan bank.
Nagar mengatakan PDF tidak memiliki opsi lain demi masa depan negara itu. "Saya pikir menyelesaikan masalah di meja bundar tidak akan berhasil untuk saat ini. Dunia mengabaikan negara kami, jadi saya akan mempersenjatai diri."
Getty Images
Pengunjuk rasa anti-kudeta menggunakan ketapel untuk melawan pasukan keamanan yang mendekat di Yangon pada Maret 2021.
Hera, yang bergabung PDF bersama kakak perempuannya, mengatakan mereka ingin "menghapus kediktatoran militer".