Setahun Kudeta militer Myanmar, Masyarakat Sipil Kini Angkat Senjata
- bbc
Getty Images
Anggota PDF berlatih dengan senjata darurat di Negara Bagian Kayin pada November 2021.
Hera [bukan nama sebenarnya], 18, baru saja lulus SMA ketika dia bergabung dengan kelompok protes anti-pemerintah setelah kudeta terjadi. Dia menunda kuliahnya demi menjadi komandan peleton PDF di wilayah tengah Myanmar.
Hera termotivasi bergabung dengan PDF setelah kematian seorang siswi bernama Mya Thwe Thwe Khaing yang ditembak saat berunjuk rasa pada Februari 2021.
Orang tua Hera mulanya khawatir ketika putri mereka memulai pelatihan bersama PDF, namun akhirnya mengalah ketika melihat keseriusan Hera.
"Mereka mengatakan kepada saya, `Kalau kamu benar-benar ingin melakukannya, lakukan sampai akhir. Jangan menyerah di tengah jalan.` Lalu saya berbicara dengan pelatih saya dan bergabung dengan revolusi lima hari setelah pelatihan."
Baca juga:
Militer Myanmar dituduh membunuh dan bakar belasan warga desa
Kisah aktivis perempuan Myanmar jadi korban kekerasan seksual di tahanan setelah protes anti-kudeta
Mengapa Indonesia diharapkan membantu mengatasi kudeta militer Myanmar?
Sebelum kudeta terjadi, orang-orang seperti Hera tumbuh dewasa menikmati demokrasi. Oleh sebab itu, mereka sangat membenci perebutan kekuasaan oleh militer.
Mereka juga didukung dan dilatih oleh milisi berbasis etnis di wilayah perbatasan yang telah memerangi militer selama beberapa dekade.
Bagaimana data terkait perang saudara di Myanmar dikumpulkan?
BBC menggunakan data dari organisasi nirlaba Acled, yang mengumpulkan informasi terkait kekerasan politik dan aksi protes di seluruh dunia.
Data-data itu mengacu pada pemberitaan, publikasi oleh masyarakat sipil organisasi HAM, serta perkembangan keamanan dari organisasi lokal maupun internasional.