Kabar COVID-19: Menyebar ke Banyak Negara, Jangan Remehkan Omicron

Varian Omicron.
Sumber :
  • Pixabay/geralt

VIVA – Pandemi COVID-19 seperti belum pun akan berakhir. Omicron kini telah menyebar ke seluruh dunia memicu gelombang baru COVID-19. 

Setelah China, AS Juga Dukung Prabowo Terapkan Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia

Para ahli mengatakan saat ini bukan waktu yang tepat untuk meremehkan Omicron. Alasannya, penyebaran Omicron yang luar biasa di banyak negara berarti akan ada lebih banyak orang yang menderita sakit parah. Anda bisa saja hanya mengalami sakit ringan, tapi Anda bisa menularkan virus ke orang lain yang berisiko menderita sakit serius.

"Orang-orang yang meremehkan Omicron sebagai 'ringan' membuat mereka berisiko terkena penyakit melemahkan yang bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun," kata Akiko Iwasaki, yang mempelajari imunologi virus di Universitas Yale.

Kereta Otonom Tanpa Rel Diretur ke China, Kemenhub: Untuk IKN Kita Cari yang Terbaik

Warga antre untuk menjalani tes COVID-19 di Zhengzhou, Henan, China.

Photo :
  • ANTARA/cnsphoto via Reuters

Obat khusus Omicron masih sangat terbatas sehingga dokter harus menjatahnya. Karena pasien membludak, rumah sakit telah menunda operasi yang bersifat opsional dan pengobatan kanker. Tingkat infeksi yang tinggi juga memberi kesempatan pada virus untuk bermutasi.

Kereta Otonom Tanpa Rel IKN Dikembalikan ke China, OIKN Ungkap Alasannya

Sejumlah negara saat ini tengah berusaha menahan laju gelombang COVID-19. Berikut adalah ringkasan perkembangan pandemi COVID-19 di berbagai belahan dunia hari ini:

Omicron menyebar di kota-kota China

Kota pelabuhan Tianjin, China melaporkan kenaikan kasus COVID-19, pada Kamis 13 Januari 2022, saat pemerintah setempat berupaya untuk mengendalikan wabah yang telah menyebarkan varian Omicron ke Dalian, kota di timur laut. Di seluruh China, beberapa kota telah mewajibkan karantina pada mereka yang baru mengunjungi Tianjin atau Anyang di provinsi Henan.

Banyak kota, termasuk Beijing, mendorong masyarakat untuk tinggal di rumah selama libur Tahun Baru Imlek, yang biasanya menjadi masa paling sibuk dalam setahun untuk melakukan perjalanan.

Korsel akan mulai gunakan pil COVID-19 Pfizer

Vaksin Covid-19 hasil produksi Pfizer dan BioNTech. Sumber: Reuters (2021)

Photo :
  • vstory

Korea Selatan akan mulai mengobati pasien COVID-19 dengan pil antivirus buatan Pfizer, kata otoritas kesehatan, ketika kekhawatiran pada varian Omicron yang sangat menular meningkat.

Sedikitnya 21.000 pil bernama Paxlovid itu akan tiba pada Kamis dan akan dikirimkan ke 280 apotek dan 90 pusat perawatan di kawasan permukiman, kata Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA).

Paxlovid hampir 90 persen efektif mencegah rawat inap dan kematian pada pasien yang berisiko tinggi menderita sakit parah, dan data menunjukkan obat itu efektif melawan Omicron, kata Pfizer.

Warga AS hadapi antrean panjang tes COVID-19

Antrean panjang terlihat mengular di seluruh kawasan kota ketika warga Amerika bergegas untuk menjalani tes COVID-19. Alat tes mandiri habis di apotek dan toko obat. Permintaan terhadap alat tersebut, yang melonjak sebelum liburan akhir tahun lalu, belum juga surut di awal tahun ini.

Sejumlah lab mengatakan tes membutuhkan waktu lebih lama untuk diketahui hasilnya. Kekurangan staf menjadi kendala di beberapa lab.

"Petugas lab banyak yang sakit, sama seperti orang-orang lainnya," kata Scott Becker, ketua pelaksana Asosiasi Laboratorium Kesehatan Publik (APHL) yang mewakili 150 lab medis lokal dan negara bagian.

Alat eksperimental temukan partikel virus di udara

Sebuah alat kecil yang disematkan pada pakaian –dan masih diuji coba– kemungkinan dapat memberi tahu apakah si pemakai telah terpapar partikel virus SARS-CoV-2 di udara, kata para peneliti.

Alat bernama Fresh Air Clip itu secara kontinu mengumpulkan aerosol yang tersebar di udara, termasuk percikan yang mengandung virus, pada permukaan silikon, menurut laporan di jurnal Environmental Science & Technology Letters, Selasa.

Penelitian selanjutnya diperlukan untuk memastikan efektivitasnya sebelum alat itu dijual secara komersial, kata para peneliti. Alat itu akan sangat berguna jika dipakai di lingkungan dengan risiko tinggi. (Ant/Antara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya